Dari Kampung Tarung Sampai ke Budaya Sabu

0
1714

Pada tanggal 9 – 12 Agustus 2017 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali melaksanakan kegiatan verifikasi untuk para calon penerima Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Kepada Maestro Seni Tradisi tahun 2017. Kesempatan kali ini Tim menuju kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu daerah Waikabubak dan Kupang. Verifikasi pertama ditujukan ke Komunitas Kampung Tarung di Waikabubak yang merupakan ibukota Kabupaten Sumba Barat, NTT. Terletak di sebuah bukit ditengah kota dan masih mempertahankan wajah asli budaya sumba yang tercermin salah satunya dari bangunan tempat tinggal mereka bernama Uma, rumah adat Sumba. Kampung Tarung memiliki keistimewaan tersendiri sebagai institusi sosial dan keagaamaan. Agama yang dianut komunitas Kampung Tarung dikenal dengan nama Agama Marapu yang mempertahankan kepercayaan tradisi dan mentransformasikan nilai-nilai dalam masyarakat majemuk. Dalah satu perhelatan keagamaan yang masih dipertahankan selama tiga ratus tahun terakhir yaitu penyelenggaraan upacara bulan suci Wolu Podu di bawah panduan Rato Lado Regi Tera selaku Ketua Adat. Saat ini Kampung Tarung telah menjadi perintis pemulihan hak-hak sipil komunitas atas kepercayaan Merapu dengan cara dialog dan damai.

Selanjutnya tim beranjak ke kota Kupang, disana tim menemui calon penerima Anugerah bidang karya pelestari budaya suku bangsa Sabu, bapak Hendrik Boenga. Beliau merupakan pensiunan PNS yang bergerak di bidang kebudayaan yang lahir di Kupang pada tanggal 12 November 1941. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Umum Sanggar Seni Budaya Wuri Wini Hawu. Sesampainya tim ke sanggar seni beliau, tim disambut dengan 2 tarian, tarian pertama yaitu tari Ledo Hawu yang merupakan tarian tradisional Suku Sabu yang melambangkan penyambutan kepada setiap tamu yang datang serta tari Padoa yang merupakan tarian ritual adat masyarakat Sabu yang dilakukan di penghujung musim hujan pada bulan purnama berisi ungkapan rasa syukur kepada sang Pencipta. Berbagai penghargaan telah diterima oleh Hendrik Boenga antara lain sebagai pemakalah pada seminar nasional bahasa dan budaya Sabu pada tahun 2008 serta karya-karyanya sebagai penulis antara lain deskripsi Tarian Pado’a Hawu, Sejarah Singkat Gereja Kota Kupang, Naskah Perlengkapan Busana Adat Pengantin Suku Sabu, dan Sukku Belu. Keberadaan Sanggar Seni Budaya Wuri Wini Hawu merupakan salah satu bentuk dari dedikasi Bapak Hendrik Boenga yang sampai saat ini masih mempertahankan adat dan tradisi dari Suku Sabu, NTT.