Anak Muda Bukan Cuma Masa Depan, Tapi Hari Ini Kita.

Dalam rangka memperingati 25 tahun ditetapkannya Borobudur dan Prambanan sebagai situs Warisan Dunia maka Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan rangkaian kegiatan yang berada di bawah program Warisan Dunia dan Pendidikan untuk semua dengan tema Love Or Lost. Program ini adalah sebuah kampanye untuk membangun rasa cinta anak muda terhadap Warisan Dunia dan cagar budaya yang kita miliki.

25 tahun jatuh bangun menjaga kepercayaan dunia bukanlah tugas yang mudah. Demikian pula dengan menjaga Warisan Dunia yang dibebankan oleh UNESCO pada kita. Perlu sebuah program berkesinambungan yang mengikuti amanat UU Cagar Budaya tahun 2010, yaitu melibatkan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan. Dan kali ini pilihan jatuh pada kegiatan yang berpusat pada anak muda sebagai stake holder yang patut diperhitungkan memiliki peran sentral dalam program Warisan Dunia kali ini.

Kenapa anak muda? Dalam release yang dikeluarkan oleh UNESCO dalam rangka YouthDay, dikatakan: “Young people are not only our future – they are our present. Bukan cuma di masa depan anak muda menjadi tulang punggung bagi dunia, tapi bahkan sudah mulai hari ini peran mereka menjadi sangat sentral bagi perdamaian dunia. Kita tahu bukan saja di masa depan anak muda akan menjadi pengambil keputusan penting dalam menyelamatkan Warisan Dunia, tapi apa yang dilakukannya hari ini bahkan sudah bisa mempengaruhi keberadaan Warisan Dunia.

Itu sebabnya anak muda perlu dibekali pengetahuan bukan cuma secara kognitif, tapi juga secara psikomotor dan afektif, sehingga pengetahuan tidak tinggal hanya sebagai pengetahuan yang kemudian terlupa seperti hapalan di sekolah. Anak muda perlu dilibatkan secara aktif dan ikut memikirkan cara-cara kreatif dalam menyelamatkan Warisan Dunia. Mereka bukan sekedar obyek dari program-program tersebut. Hanya dengan menjadi subyek, anak muda akan memiliki rasa cinta dan rasa memiliki. Dan cuma mereka yang merasa memilikilah yang akan mati-matian menjaga Warisan Dunia.

Program LoL

Program Love or Lost adalah sebuah program membangun cinta anak muda pada warisan dunia. Anak muda, khususnya siswa SMA di seluruh Indonesia, diajak dan akan dilatih untuk menjadi duta diplomasi budaya, sekaligus menjadi “corong” bagi para anak-anak muda lainnya untuk mensosialisasikan gagasan perlindungan pada Warisan Dunia. Anak-anak muda ini akan dipilih untuk mengikuti pelatihan tersebut melalui proses penjaringan yang cara dan metodenya sangat khas anak muda, yaitu melalui pengiriman karya-karya penulisan blog, stand up comedy, edit foto, lomba meme’ dan pembuatan video blog mereka melalui media sosial.

Kenapa media sosial? Penggunaan media sosial adalah cara yang paling mudah untuk menyapa anak muda kita hari ini. Di rumah, di sekolah, di tempat bermain dan berkegiatan mereka, anak muda tak pernah terlepas dari dunia media sosial mereka. Facebook, Instagram, Twitter, blog adalah nama-nama  yang telah menjadi dunia mereka hari ini. Memilih media sosial sebagai alat adalah jaminan bahwa kita bisa menemukan mereka di manapun mereka berada pada saat yang bersamaan. Dan media sosial adalah sarana yang tepat untuk membangun isu, word of mouth. Dengan demikian kegiatan bukan cuma menyentuh anak-anak muda yang akan dilatih, tapi juga anak-anak muda lain yang kebetulan tertarik dengan program ini.

Program LoL telah di mulai dari tanggal 1 Agustus 2016 lalu, dengan melakukan soft launch website www.loveorlost.id yang merupakan pusat dari semua kegiatan. Dua minggu pengenalan dan mengumpulkan fan follower telah dilakukan dibarengi dengan memberi pengayaan dan pembekalan pengetahuan tentang warisan Dunia melaui kampanye di media sosial. Minggu ketiga Agustus mengumpulkan follower telah dibarengi dengan kampanye dan penjaringan peserta lomba melalui media radio dan penyebaran poster ke sekolah-sekolah, serta pameran Warisan Dunia di beberapa kota.

Dalam periode ini anak muda telah bisa mengirim karya mereka sekaligus menikmati karya-karya teman-teman mereka yang telah masuk, hingga masa akhir pengiriman karya yaitu pada tanggal 7 oktober 2016. Berbagai kehebohan diharapkan terjadi pada periode ini dan bermuara pada terpilihnya anak-anak muda yang potensial untuk dilatih dan digembleng di kawah candradimuka yaitu di situs Manusia Purba Sangiran, Prambanan dan Borobudur selama 7 hari. Dari pelatihan yang menggunakan cara residensi, anak muda tinggal bersama masyarakat, maka diharapkan akan lahir anak-anak muda yang akan menjadi tulang punggung pelestarian Warisan Dunia.

Kegiatan residensi berlangsung selama minggu awal November yang berbarengan dengan kegiatan pameran dan pengiriman delegasi budaya ke Paris, Perancis yang merupa kan agenda tetap UNESCO. Tentu saja delegasi ke Paris bukan diwakili oleh anak-anak muda yang dilatih tersebut. Masih diperlukan serangkaian kegiatan yang akan membuat anak-anak muda terpilih memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai untuk menjadi duta diplomasi budaya di dalam berbagai Youth Program yang diadakan oleh UNESCO di masa-masa selanjutnya. Acara LoL diakhiri dengan acara puncak perayaan 25 tahun Penetapan Borobudur dan Prambanan sebagai Warisan Dunia yang akan diselenggarakan di Borobudur pada tanggal 12 Desember 2016.