Augustin Sibarani (Alm.)

Augustin-Sibarani
Ia lahir di Pematangsiantar, 20 Agustus 1945 dan meninggal 19 Desember 2014. “Seniman Sejati” itulah julukan yang tepat diberikan kepada Augustin Sibarani, karena sikap idealis yang sangat tinggi dalam bidang seni, khususnya seni lukis dan seni karikatur.

Perjalanan berkesenian Augustin Sibarani bisa dikatakan penuh tantangan, khususnya tatkala ibunya minta agar ia tidak memperdalam pendidikan dalam bidang seni, tetapi lebih baik belajar di MIS (Middelbare Landouw School atau Sekolah Menengah Pertanian) di Buitenzorg (Bogor). Sang Ibu berharap anaknya dapat menjadi wakil penyuluh pertanian di perkebunan milik ayahnya seluas 300 hektar di Pariasan. Bulan April 1945 ia menyelesaikan pendidikannya, kemudian bekerja di perkebunan Merbuh, sebelah Selatan kota Semarang. Setelah itu menjadi karyawan di United States Information Service (USIS) Jakarta sebagai ilustrator. Menurut Sanggam Gorga Sibarani, anak pertama Sibarani, ayahnya juga pernah tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada masa tersebut.

Di sela-sela aktivitas bekerja, Sibarani terus berkarya melukis dan pada umur 25 tahun Sibarani mencoba menggambar karikatur. Profesi sebagai penggambar karikatur selain memberi tambahan penghasilan juga memiliki kepuasan tersendiri karena dapat menyalurkan kritik sosial. Akhirnya ia memutuskan menjadi karikaturis lepas untuk banyak surat kabar pada masa itu.

Salah satu karya

Karya Karikatur Menentang Dominasi Imperialisme
Agustin Sibarani memiliki jiwa idealis yang tinggi dan selalu bersemangat tatkala bicara masalah politik di tanah air. Tak jarang karikatur yang dibuat merupakan bentuk ekspresi dan keberpihakan Sibarani terhadap Rakyat kecil. Karya-karya Sibarani sangat kuat memperlihatkan pandangan pribadinya menentang dominasi imperialisme dan neo-kolonialisme pada zamannya. Sibarani juga tampil memperagakan proses pengerjaan karikatur dalam penampilan khusus di media televisi secara reguler, terutama pada masa-masa Indonesia melancarkan kampanye anti Nekolim.

Memilih profesi sebagai seniman pada saat situasi politik di tanah air masih belum menentu memang bukan tanpa risiko. Hal seperti ini dialami Sibarani, bagaimana ia berjuang menghidupi keluarga dengan karyta seninya.

Sikap konsisten dan keberpihakan kepada seni sebagai ,edia kritik sosial akhirnya membuahkan hasil karena di saat rntuhnya Orde Baru pada tahun 1998, beberapa media internasional memuat karya karikatur Sibarani.

Salah satu prestasi Sibarani yang sangat membanggakan adalah ketika ia dipercaya membuat lukisan Raja Sisingamangaraja XII untuk ilustrasi uang kertas Rp 1000,00 (seribu rupiah). Melukis seorang Raja dengan keterbatasan dokumentasi bukanlah hal muda, sehingga Sibarani secara khusus mencari data dan melakukan wawancara kepada saksi sejarah yang sempat mengenal wajah Raja Sisingamangaraja. Melalui informasi dan cerita itulah Sibarani berhasil melukis wajah Raja Sisingamangaraja. Lukisan itu diselesaikannya pada tahun 1962, dan diserahkan kepada pemerintah pada saat diumumkannya pengakuan Raja Sisingamangaraja XII sebagaipahlawan nasional.

Dengan pemberian penghargaan Satyalancana Kebudayaan yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pihak keluarga Augustin Sibarani sangat mengapresiasi bahkan tak pernah terpikir sebelumnya akan mendapat penghargaan yang sangat tinggi tersebut. Semoga penghargaan Satyalancana Kebudayaan yang diterima Augustin Sibarani dapat menginspirasi seniman-seniman muda lainnya agar terus berkarya dengan penuh dedikasi dan komitmen, khususnyamemperjuangkan kaum lemah melalui karya seni.

Scroll to Top