Rumah Betawi didirikan dengan menggunakan berbagai macam material. Material tersebut oleh masyarakat Betawi banyak berasal dari alam sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai material dalam pembuatan rumah Betawi. Material penutup atap menggunakan genteng atau daun kiraiyang yang dianyam, konstruksi kuda-kuda dan gording menggunakan kayu gowok atau kayu kecapi, balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka yang sudah tua, sedangkan kaso dan reng menggunakan bambu tali. Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter kurang lebih 4 cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah. Material dinding bagian depan menggunakan kayu gowok atau kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu (gedhek) dengan atau tanpa pasangan bata di bagian bawahnya. Daun pintu atau jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horisontal pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela. Pondasi rumah menggunakan batu kali dengan sistem pondasi umpak yang diletakkan di bawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding menggunakan pasangan batu bata (rollag) dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua. (Tjandra, 2006).
Dulunya, rumah adat Betawi dibuat dari bambu. Sedangkan sekarang ini karena pengaruh modernisasi, rumah adat suku Betawi terbuat dari dinding tembok. Jika dulunya lantai rumah tradisional ini terbuat dari tanah, sekarang terbuat dari keramik atau plesteran semen. Rumah ini terlihat sederhana namun tetap terlihat apik dengan pagar kayu yang mengelilingi bangunan rumah.
Saat tamu berkunjung, para tamu dipersilakan duduk di bagian depan rumah atau balai-balai rumah. Teras rumah terbuka dengan beberapa tempat duduk kayu. Tempat ini cukup luas. Yang unik dari rumah adat Betawi adalah dinding bagian depan rumah yang bisa dibongkar pasang. Hal ini bertujuan agar rumah bisa dibuka jika si empunya rumah menyelenggarakan hajatan atau acara sosial yang mengharuskan mengundang banyak orang. Bagian tengah rumah biasanya digunakan sebagai ruang tidur, dapur, kamar mandi, dan sebagai pembatas terdapat semacam pintu kayu yang diberi kisi-kisi tempat sirkulasi udara. Pada umumnya pintu terbuat dari kayu yang diberi lubang-lubang angin yang juga berfungsi mengatur sirkulasi udara. Rumah adat suku Betawi mungkin terlihat sederhana namun secara sosial, rumah suku Betawi merupakan jenis rumah yang memperhitungkan fungsi sosial si empunya rumah juga. Karena pada suatu saat, jika empunya rumah ingin mengadakan hajatan atau acara sosial, papan depan rumah dapat dilepas sehingga memungkinkan lebih banyak orang ditampung di dalam rumah
Bentuk rumah Betawi dapat dilihat berdasarkan bentuk dan struktur atapnya. Oleh karena itu, rumah tradisional Betawi mengenal 3 (tiga) bentuk utama; yaitu rumah Gudang, rumah Joglo, dan rumah Bapang atau Kebaya; yang berkaitan dengan bentuk dan pembagian denahnya (Salim, 2015). Dalam jurnal Patanjala, Alamsyah (2009) mendeskripsikan perbedaan dari ketiga rumah Betawi tersebut sebagai berikut:
Rumah Gudang
Rumah Gudang memiliki tengah segi empat, memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, tetapi terdapat pula rumah gudang yang beratap perisai. Struktur atap rumah gudang, baik yang beratap pelana maupun perisai, tersusun dari kerangka kuda-kuda dan ditambah satu elemen struktur atap, yaitu jure. Struktur kuda-kuda yang terdapat pada rumah gudang pada umumnya bersistem agak kompleks karena sudah mulai terdapatnya batang tekan miring (dua buah) yang saling bertemu pada sebuah batang tarik tegak yang pada rumah Betawi lazim disebut ander. Sistem seperti ini tidak dikenal pada rumah-rumah tradisional lainnya di Indonesia. Selain itu, pada bagian depan rumah gudang terdapat sepenggal atap miring yang disebut juga topi atau dak atau markis, yang berfungsi menahan cahaya matahari atau tempias hujan pada ruang depan yang selalu terbuka.
Rumah Joglo
Nama dan bentuk rumah joglo dapat dipastikan hasil pengaruh langsung dari arsitektur atau kebudayaan Jawa pada arsitektur rumah Betawi. Namun terdapat perbedaan antara rumah Joglo Jawa Tengah dengan rumah Joglo Betawi. Pada rumah joglo asli di Jawa Tengah, struktur bagian joglo dari atap disusun oleh sistem struktur temu gelang atau payung; sedangkan pada rumah joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda. Namun berbeda dengan rumah gudang, sistem kuda-kuda pada rumah joglo Betawi adalah kuda-kuda timur yang tidak mengenal batang-batang diagonal seperti yang terdapat pada sistem kuda-kuda barat yang diperkenalkan oleh Belanda. Pada umumnya, rumah joglo Betawi memiliki bentuk denah bujur sangkar. Tetapi perlu dicatat, dari seluruh bentuk bujur sangkar itu, bagian yang sebenarnya membentuk rumah joglo adalah suatu bagian empat persegi panjang yang salah satu garis panjangnya terdapat dari kiri ke kanan ruang depan. Dengan demikian sepenggal bagian depan dari ruang depan sebenarnya diatasi oleh terusan dari atap joglo yang ada. Sehingga bagian ruang depan yang diatapi terusan dan bagian utama rumah yang diatapi joglo secara keseluruhan menghasilkan denah berbentuk bujur sangkar
Rumah Bapang
Pada prinsipnya, atap rumah bapang atau kebaya adalah juga berbentuk pelana. Tetapi berbeda dengan atap rumah gudang, bentuk pelana rumah bapang adalah tidak penuh. Kedua sisi luar dari atap rumah bapang sebenarnya dibentuk oleh terusan dari atap pelana tadi yang terletak di bagian tengahnya. Dengan demikian, maka yang berstruktur kuda-kuda adalah bagian atap pelana yang berada di tengah. Dalam hal ini, sistem struktur atap yang dipakai adalah sistem kuda-kuda timur. (Alamsyah, 2009).
Keterangan
Tahun :2019
Nomor Registrasi :201900903
Nama Karya Budaya :Arsitektur Rumah Betawi
Provinsi :DKI Jakarta
Domain :Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional
Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda