ANTON MOERDARDO MOELIONO, Konsisten dengan Trilogi Bahasa Indonesia

0
1188

“Bangsa adalah bahasanya, dan untuk menunjukkan suatu bangsa kita harus menunjukkan bahasa kita.” Berulang kali Anton Moeliono mengatakan betapa penting penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, pemerintahan, dan pendidikan untuk membangun karakter bangsa.
Sosok dan keberadaan tokoh kelahiran Bandung, 21 Februari 1929 ini, tidak dapat dilepaskan dari kelahiran EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang pada 1972 diresmikan dan diberlakukan di seluruh pelosok Tanah Air. Kendati berdarah Jawa dan lahir serta besar di Bandung sehingga fasih dan kental berbahasa Jawa dan Sunda, tak kentara dalam logat tutur katanya.
Meningkatnya wawasan Anton Moerdardo Moeliono – lebih dikenal dengan Anton M. Moeliono – dalam bahasa dan linguistik, tidak terlepas dari pengalamannya dengan sebuah kelompok linguistik Amerika yang memperkenalkannya pada “language planning”. Sejak 1970-an, Anton ingin berbuat “sesuatu” pada bahasa Indonesia.
Kesempatan itu menjadi terbuka lebar, kala ia menjabat sebagai Kepala Pusat Bahasa (1984-1989). Tugasnya, menjadikan bahasa Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri, bagaimana memunculkan kearifan lokal di tengah gempuran bahasa dan budaya asing. Anton Moeliono ingin bahasa Indonesia benar-benar lahir dari bangsa sendiri.
Ia juga berpandangan, sebuah bahasa berpeluang menjadi bahasa internasional bukan karena banyaknya penutur melainkan karena kecendekiaan dan kemahiran para penutur itu berbahasa. Bahasa Inggris pun menjadi bahasa internasional utama karena penuturnya cendekia dan mahir berbahasa sehingga menjadi pelopor ilmu pengetahuan.
Pada masa kepemimpinannya pula, pada 1988 untuk pertama kali Kamus Besar Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Anton Moeliono, yang dekat dan banyak berguru kepada W.J.S Poerwadarminta (alm) yang pernah pula menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, menghasilkan beberapa karya buku yang sampai saat ini masih digunakan sebagai acuan. Antara lain, buku Santun Bahasa (1984), Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri (1988), dan Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar (1989).
Ia pula yang banyak menciptakan kata-kata bahasa Indonesia baru, misalnya rekayasa, bandar udara (bandara), pantau, canggih, pasar (swalayan), dan masih banyak perbendaharaan kata yang dijadikan pijakan berbahasa. Karena kekayaan perbendaharaan bahasa yang dikuasainya, ia pun dijuluki “Sang Kamus Berjalan”.
Pakar yang dikenal kritis dan pedas dalam melontarkan pendapatnya, sangat konsisten dalam mengamalkan “Trilogi Bahasa Indonesia”: aku cinta bahasa Indonesia, aku bangga pada bahasa Indonesia, dan aku setia pada bahasa Indonesia”.
Anton Moeliono mengembuskan napas terakhir pada 25 Juli 2011, pukul 23.27 WIB di RS Medistra, Jakarta Selatan. Secara fisik, Anton Moeliono telah tiada, tetapi semangat dan dedikasi sebagai ksatria dan penjaga bahasa akan selalu hidup. []