Addie MS: Simfoni Musik dan Perayaan Keragaman

0
2100

Di tengah suasana politik di Ibu Kota tengah menuju titik kulminasi, penuh ketegangan di tingkat akar rumput sebagai buntut dari kontestasi pemilihan gubernur DKI Jakarta, tiba-tiba musisi Addie MS menggelar pertunjukan orkestra. Bukan di gedung pertunjukan yang megah dengan tiket selangit, akan tetapi justru di hadapan ribuan warga yang memadati halaman Balaikota. Pertunjukan itu sendiri ibarat oase yang senantiasa mengeluarkan kesegaran di tengah padang pasir yang sedang kering kerontang.

Addie MS, pria yang akrab berkacamata itu menuturkan kisahnya dengan gamblang. Apa yang dipertunjukkannya kala itu bukanlah untuk mendukung salah satu kandidat, akan tetapi didorong oleh kekuatan dari dalam yang bersumber dari hati nurani bahwa ada yang tidak beres pada perpolitikan kala itu. Ia harus menyampaikan ke publik, tentu dengan caranya yang apik, bahwa masyarakat Indonesia meski

berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Keragaman pun dirayakan lewat lantunan simfoni musik yang begitu indah. Addie MS adalah seorang musisi fenomenal, bahkan legendaris. Ia selalu mengerjakan apa pun berdasarkan panggilan hati nuraninya. Banyak hal yang bisa digali dari pria kelahiran 7 Oktober 1959 ini, yang bernama lengkap Addie Muljadi Surimaatmaja, terkait perjuangannya menggeluti dunia musik. Meski sang ayah, Bandi Sumaatmadja, pernah melarangnya menggeluti dunia musik dan lebih mendorongnya untuk mendalami bidang lain, tapi Addie MS remaja tetap bersikukuh untuk menekuni dunia musik. Sebab, ia merasa dunia musik adalah pilihan hidupnya. Di sanalah ia merasa menemukan kebahagiaannya yang sejati.

Meski sempat mengalami penolakan dari sang ayah yang berlatar belakang pengusaha, Addie MS tidak sampai membenci ayahnya. Ia bahkan menjadikan penolakan itu sebagai pemicu dan pendorong hidupnya di dunia musik. Ia yakin melalui musik akan mengantarkannya menuju cakrawala dunia yang begitu luas. Keyakinan tersebut diwujudkan dalam kesungguhannya belajar musik. Ia memang sempat belajar piano klasik langsung dengan Mrs Rotti. Namun, yang menarik, kemampuan bermusik Addie justru lebih banyak ia peroleh dengan belajar dengan otodidak. Ini bukti bahwa kekuatan jiwa Addie MS begitu kuat untuk mendalami musik. Sebagaimana umumnya pembelajaran dengan cara otodidak, hanya yang memiliki jiwa yang kuat, tegar dan besar-lah yang bisa melaluinya.

Untuk memperhalus bakat musiknya, Addie MS pernah mengikuti beberapa kursus singkat, seperti Recording Engineering Workshop di Ohio, Amerika Serikat (1984) dan Conducting Workshop yang diselenggarakan oleh American Symphony Orchestra League di Los Angeles, AS (1995). Dalam workshop tersebut ia mendapat bimbingan langsung dari Jorge Mester, konduktor Pasadena Symphony Orchestra saat itu, dan Raymond Harvey, konduktor Fresno Philharmonic Orchestra.

Berangkat dari pengalaman belajar tersebut, bakat Addie MS terus terasah dan kian terang benderang. Pada tahun 1979, ia mulai merintis kariernya dengan menjadi arranger dan produser untuk album rekaman penyanyi-penyanyi pop. Artis-artis ternama seperti Vina Panduwinata, Utha Likumahuwa, Chrisye maupun Krisdayanti tak dapat lepas dari pengaruhnya. Dengan kelihaiannya memainkan balok-balok piano, Addie MS mampu menunjukkan kepada dunia bahwa ia merupakan arranger dan musisi yang bertalenta tinggi. Ia menjadi arranger bukan hanya untuk artis Indonesia, tetapi juga untuk artis dari negara lain, seperti Suzanne Ciani dari Amerika Serikat

Addie telah meraih tiga Golden Trophy BASF Awards sebagai penata musik terbaik, du Golden Records untuk album Vina Panduwinata, dan dua Silver Records untuk album Chrisye. Addie pernah membuat tiga orkestrasi dalam album Dream Suite karya Suzanne Ciani, yang dinominasikan dalam Grammy Awards ke-38 sebagai The Best New Age Album. Pengalamannya dalam dunia musik antara lain sebagai penata musik dan konduktor untuk lagu “Sayang” ciptaan Titik Hamzah pada Festival Internacional de la Cancion, Chili, pada tahun 1983 serta music director untuk BASF Awards selama 7 tahun berturut-turut. Pada tahun 2005 Addie dipercaya memimpin Manila Philharmonic dalam acara Miss ASEAN di Jakarta. Setelah 15 tahun meninggalkan jalur musik pop dan berkonsentrasi di musik simfonik, Addie mulai berkiprah kembali di musik pop saat tampil sebagai music director dan konduktor dalam konser tunggal Vina Panduwinata, Viva Vina pada tahun 2006.

Pada tahun 1991, Addie bersama Oddie Agam dan pengusaha Indra Usmansjah Bakrie mendirikan Twilite Orchestra, sebuah ‘pops orchestra’, yakni orkestra simfoni yang tidak hanya memainkan musik klasik saja, akan tetapi juga musik film, drama musikal, musik pop, dan music tradisional yang diaransemen secara simfonik. Tahun 1992, tepatnya bulan Februari, Twilite Orchestra sukses menggelar konser dengan David Foster di televisi swasta RCTI. Pada tahun 1998, Addie bersama Youk Tanzil dan Victorian Philharmonic Orchestra membuat album rekaman Simfoni Negeriku di Australia, di mana untuk pertama kalinya lagu-lagu nasional dan perjuangan Indonesia diaransemen secara simfonik dan direkam dalam format CD dan kaset. Bersama Twilite Orchestra, di tahun 2004 ,Addie merilis album La Forza del Destino, sebuah album rekaman simfonik pertama di Indonesia yang menampilkan karya-karya musik simfonik klasik Barat dalam bentuk album CD. Semangat Addie dalam memasyarakatkan musik simfonik tidak berhenti di rekaman simfonik lagu-lagu perjuangan dan klasik Barat saja. Pada tahun 2012, Addie MS membuat rekaman lagu-lagu daerah Indonesia yang digubah secara simfonik, bersama Garuda Indonesia. Album rekaman yang diberi judul ‘The Sounds of Indonesia’ ini mampu bertahan beberapa hari di urutan teratas di top album, iTunes.

Addie MS juga menjadi penata musik sejumlah film dan pertunjukan, antara lain Biola Tak Berdawai, Dealova, Cinta Pertama, In the Name of Love, Summer Breeze, Sepuluh dan musik untuk drama musikal Opera Anoman. Pada tahun 2003, Addie juga diberi kepercayaan oleh Panglima TNI untuk menciptakan lagu Mars dan Himne TNI. Banyak juga perusahaan dan organisasi yang memercayakannya untuk menciptakan atau mengorkestrasikan lagu tema atau mars mereka, seperti Garuda Indonesia, Pertamina, Summarecon, Agung Podomoro, Sharp, Kading, dan lainnya.

Sejak tahun 1998, Addie bersama Twilite Orchestra melaksanakan misi edukasi melalui konser di berbagai sekolah maupun universitas. Bersama ‘Sampoerna untuk Indonesia’, Twilite Orchestra mengadakan konser tahunan untuk mahasiswa di Istora Senayan dan di beberapa universitas dengan nama Musicademia yang telah dimulai sejak tahun 2000 sampai 2010. Masih dengan misi yang sama, Addie mendirikan Twilite Youth Orchestra pada tahun 2004, yakni sebuah orkes remaja yang tampil di sekolah-sekolah maupun di konser umum. Sebelumnya, Addie MS juga membentuk Twilite Chorus pada tahun 1995. Pada tahun 2009, Addie bersama Twilite Orchestra, Twilite Chorus, CIC Choir, dan beberapa solis mempergelarkan konsernya di Sydney Opera House, Australia, yang merupakan konser orkestra simfoni Indonesia pertama yang tampil di concert hall bergengsi tersebut. Twilite Orchestra juga menjadi orkes simfoni Indonesia pertama yang tampil di Eropa ketika pada tahun 2012 berkonser di Bratislava, Slowakia, dan di Berlin, Jerman, atas prakarsa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, KBRI di Slowakia dan KBRI di Jerman. Di sana Addie MS memimpin 57 musisi dan 40 penyanyi Twilite Chorus.

Kiprak Addie MS di dunia musik begitu banyak. Ia mengembangkan musik, melakukan inovasi sekaligus edukasi bagi masyarakat Indonesia, yang merupakan cerminan bahwa Addie MS adalah sosok anak terbaik bangsa Indonesia. Ia mengembangkan musik melampaui kepentingannya sendiri. Ia bermusik untuk Indonesia yang lebih baik. Saat ini Addie MS hidup berbahagia dengan sang istri, Memes, yang juga seorang penyanyi, dan anak-anak tercintanya. Sesekali Addie MS membuat pertunjukan musik untuk menunjukkan bahwa harmoni dalam musik merupakan harmoni juga untuk jiwa dan itu berarti juga harmoni untuk Indonesia.