Yogyakarta – Seminar Sejarah Nasional pada tahun 2018 kembali di helat di Yogyakarta, tepatnya di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Pada tahun ini Seminar Sejarah Nasional mengangkat tema “Paradigma dan Arah Baru Pendidikan Kesejarahan di Indonesia”.
Pengangkatan tema tersebut didasari pada berbagai permasalahan yang berkaitan dengan Pendidikan kesejarahan di Indonesia. Riset tentang pengajaran sejarah di sekolah-sekolah menengah menunjukkan bahwa sejarah masih menjadi mata pelajaran yang menjemukan dan tidak banyak diminati, sekalipun sejarah telah menjadi pelajaran wajib di semua jenis tingkatan sekolah.
Beberapa hasil riset menunjukkan beberapa permasalahan yang menyebabkan pelajaran sejarah masih belum banyak diminati, yakni guru sejarah yang tidak berlatar belakang sarjana sejarah, kurangnya literatur atau bahan bacaan sejarah yang digunakan dalam pengajaran, metode pengajaran sejarah yang kurang menarik serta lemahnya kurikulum sejarah.
Belum selesai sampai di situi, pendidikan kesejarahan pada masa kini juga dituntut untuk menghadirkan sejarah baik secara akademis maupun popular dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan juga metodologi baru penelitian, penulisan dan pemahaman sejarah. Guru sejarah dan sejarawan dalam hal ini juga dituntut untuk menggunakan berbagai sumber-sumber alternatif dalam bentuk audio, video dan media digital lainnya. Dengan begitu ilmu sejarah diharuskan untuk bersentuhan dan berkolaborasi dengan ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Konsekuensi dari cara baru tersebut akan melahirkan pemahaman baru. Paradigma baru dalam memahami sejarah merupakan tuntutan yang tidak dapat dibendung karena generasi telah berubah, jiwa zaman telah berubah dan demikian pula kebutuhan generasi baru terhadap sejarah telah berubah. Dari berbagai butir permasalahan di ataslah seminar kesejarahan ini diselenggarakan.
Seminar Sejarah Nasional 2018 diselenggarakan selama dua hari, yakni mulai tanggal 3 hingga 4 Desember 2018. Seminar Sejarah Nasional 2018 secara resmi dibuka oleh Direktur Sejarah, Triana Wulandari pada tanggal 3 November 2018 di Room Convention University Club, Universitas Gadjah Mada.
Seminar menghadirkan sebanyak 125 pemakalah hasil seleksi yang terdiri dari berbagai kalangan seperti guru, dosen, mahasiswa, penggiat sejarah dan komunitas. Selain itu, seminar mengundang pembicara kunci yang pakar dalam bidangnya, yaitu Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan), Awaludin Tjalla (Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud), Prof. Dr. Taufik Abdullah (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Prof. Dr. Reza Dienaputra (Universitas Padjajaran) dan Dr. Agus Suwignyo (Universitas Gadjah Mada).
Seminar juga menghadirkan para pembicara undangan yaitu Prof. Dr. Azyumardi Azra (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Bonie Triyana (Majalah Historia). Dalam Seminar Sejarah Nasional tahun 2018 ini juga dilakukan pemberian apresiasi bidang kesejarahan Sartono Kartodirjo Award yang meliputi dua nominasi, yakni guru sejarah berprestasi dan komunitas kesejarahan.
Tujuan pokok dalam penyelenggaraan seminar ini adalah untuk menggali pemikiran-pemikiran alternatif penyelesaian masalah-masalah di bidang pendidikan kesejarahan, mencari dasar-dasar pemahaman bersama dalam memecahkan persoalan-persoalan pendidikan kesejarahan, memberikan kontribusi bagi pemerintah dan lembaga-lembaga di bidang kesejarahan dalam merumuskan kebijakan di bidang kesejarahan, menghasilkan publikasi ilmiah di bidang pemikiran kesejarahan, menjalin kerjasama akademis dan budaya di antara para sejarawan, komunitas dan penggiat sejarah.
Kontributor
Dirga Fawakih