Banyuwangi – Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi pada sabtu pagi, (13/07/19) menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis sejarah (Pendekar Inspiratif) dalam Platform GEMES (Gerakan Melek Sejarah). Kegiatan diikuti siswa/siswi SD, SMP, dan SMA serta Guru-guru se-Kabupaten Banyuwangi. Direktur Sejarah, Dra. Triana Wulandari, M.Si. secara langsung membuka pemutaran film Pendidikan Karakter (Pendekar) Inspiratif, yang dilaksanakan di Hall Blambangan, Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, Jawa Timur tersebut.
Kasubdit Pemanfaatan Sejarah, Kemdikbud dalam acara pembukaan Kegiatan Pendekar
Inspiratif Kabupaten Banyuwangi
Belajar sejarah yang dikemas dalam media film, memberikan alternatif pembelajaran sejarah yang menyenangkan sekaligus memberikan sumber inspirasi bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam kesempatan itu, Direktur Sejarah Kemendikbud RI, Dra. Triana Wulandari M.Si. mengatakan Pemutaran film Pendekar Inspiratif sebagai upaya Penguatan Pendidikan Karakter melalui Media Inspiratif. “Film-film yang ditonton saat ini adalah film-film yang sudah lolos seleksi, sehingga isi pesan yang disampaikan dalam film ini bisa tersampaikan kepada guru,” ujar Triana kepada 750 peserta yang menghadiri acara nonton bareng tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi menyambut baik dengan dilaksanakannya kegiatan pemutaran film Inspiratif ini. “Film ini adalah penguatan pendidika berkarakter, film ini juga akan memberikan gambara bahwa Indonesia punya kecerdasan, potensi, persatuan, dan keasatuan,” tegasnya. Dalam pendekar inspiratif di Kabupaten Banyuwangi para siswa/siswi diberikan coaching clinic atau cara membuat vlog/video kreatif. Dalam Vlog ini mengambil topik tentang konten/muatan sejarah,budaya,tokoh dan peristiwa, harapannya dengan adanya vLog ini, generasi-generasi penerus bangsa mau mempelajari dan melestarikan sejarah dan budaya serta mempertahakan kearifan lokal daerahnya. Karena jika bukan kita dan mereka yang melakukannya, lalu siapa lagi?
Kontributor: Budi Suryono
