“Tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini dulu sering diucapkan oleh orang-orang tua yang menganggap bahwa kita harus mengetahui dan mengenal asal usul sesuatu supaya kita dapat menyayangi dan menjaganya. Salah satunya adalah ilmu yang mengetahui asal usul penamaan suatu tempat yang biasa disebut Toponim. Toponim dalam hal ini menjadi penting karena di dalam kajiannya mengandung informasi ruang dan waktu di suatu tempat. Maka dari itu, Direktorat Sejarah dalam hal ini Sub Direktorat Geografi Sejarah di tahun 2016 melaksanakan kegiatan penyusunan buku Sejarah Toponim Kota-kota Pantai di Sulawesi. Dari sejarah asal mula suatu tempat dapat dilihat bagaimana sejarah perkembangan kotanya.
Perkembangan sebuah kota di tepi pantai sangat menarik untuk ditelusuri, mulai dari sebuah pantai yang hanya menjadi tempat singgah menjadi sebuah pelabuhan dagang yang ramai pengunjung. Kemudian dari pelabuhan dagang tersebut muncul pusat-pusat permukiman yang nantinya menjadi sebuah kota yang memiliki pusat pemerintahan. Informasi inilah yang nantinya bisa ditarik dari informasi sejarah toponim kota pantai di Sulawesi.
Penyusunan buku sejarah ini mengambil lokasi di enam provinsi pulau Sulawesi antara lain di Makassar, Palu, Mamuju, Manado, Kendari serta Gorontalo. Penyusunan buku Sejarah Kota-Kota Pantai di Sulawesi sejalan dengan Nawacita pembangunan yang dicanangkan, yaitu memperkuat poros maritim di Indonesia melalui nilai sejarah. Nilai-nilai sejarah yang muncul dari sejarah perkembangan kota dapat digunakan sebagai landasan revitalisasi kota-kota pelabuhan yang dulu jaya di era nya. Penyusunan Buku Sejarah Toponim kota Pantai di Sulawesi dijadwalkan rampung di akhir tahun 2016 dan diharapkan segera dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi sekolah-sekolah, universitas, maupun sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. (FTI)