LAYANAN QRIS UNTUK PELAKU BUDAYA BIDANG MUSIK

0
487

Apresiasi Pelaku Budaya Melalui Teknologi Transaksi Digital

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid dan Muhammad Candra Utama, Division Head Divisi Institutional BRI, didampingi oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Judi Wahjudin, dan Ketua IMJ, Andi Malewa menyerahkan Layanan QRIS bagi pelaku budaya di Gedung A, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Pandemi Covid-19 menyebabkan hampir semua pelaku seni budaya kehilangan ruang untuk berekspresi. Kendati demikian, semangat mereka untuk terus menghidupkan seni budaya bangsa tidak berkurang, sehingga menggelar pertunjukan online/virtual/daring menjadi salah satu pilihan alternatif. Pertunjukan online ini berlangsung baik secara langsung maupun tidak langsung. Impilikasi dari kondisi tersebut adalah transaksi pembayaran pun kini banyak dilakukan secara digital. Bahkan sepanjang pandemi, banyak sekali program stimulus yang diberikan pemerintah kepada para pelaku seni budaya.

Namun rekening bank menjadi salah satu kendala utama dalam penyalurannya. Karena banyak pelaku seni budaya yang tidak memiliki rekening pribadi dan menggunakan rekening orang lain (saudara/istri/anak) sehingga penyalurannya menjadi terkendala.

Pada tahun 2019, Institut Musik Jalanan (IMJ) menjalin kerjasama dengan salah satu Fintech dimana kerjasama ini memungkinkan semua musisi jalanan yang terkurasi mendapatkan QR Code guna mendapatkan fasilitas apresiasi via scan barcode melalui device masing-masing. QRIS yang didapatkan bisa dipergunakan untuk mendapatkan apresiasi baik kegiatan pertunjukan musik offline maupun via online. Sepanjang tahun 2020, IMJ bersama Ditjen Kebudayaan secara masif menjalankan berbagai program pertunjukan via online dengan menerapkan sistem apresiasi berbasis QRIS.Hal ini membuat para pelaku seni budaya lainnya tertarik untuk mendapatkan fasilitas QRIS resmi.Hal ini juga menjadi amanat dalam UU. Pemajuan kebudayaan yaitu upaya pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk pemajuan kerja kerja kebudayaan QRIS menjadi sarana transaksi keuangan yang lebih mudah diaplikasikan oleh para pelaku seni budaya yang selama ini agak kaku dengan sistem perbankan.

Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS (dibaca KRIS) adalah solusi yang sangat efektif. Para pelaku seni budaya di tantang untuk meningkatkan kreatifitas mereka untuk mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Pertunjukan yang digelar bisa dilakukan di semua platform sosial media yang mereka miliki. Melalui sosialisasi QRIS yang baik, para pelaku seni budaya akan mendapatkan pengetahuan tentang digitalisasi keuangan. Yaitu bagaimana tata kelola keuangan berbasis digital dan bagaimana pengelolaannya termasuk juga mengakses BP Jamsostek dimana di dalamnya juga terdapat jaminan untuk hari tua. QRIS resmi yang didapatkan dipergunakan sepanjang dibutuhkan. Baik menggelar pertunjukan secara langsung (Pembayaran tiket pertunjukan, apresiasian dll) maupun via online.

Beranjak dari hal tersebut, Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan bersama Institut Musisi Jalanan, Bank Rakyat Indonesia, Serta Pemkot Yogyakarta menggelar Sosialisasi dan Uji Pentas QRIS bagi seniman jalanan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi para seniman jalan untuk mendapatkan platform keuangan digital yang sudah ada.

Kegiatan sosialisasi dan layanan Uji Pentas QRIS pertama dilakukan pada hari Selasa, 30 Maret 2021 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Kegiatan dibuka oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Judi Wahjudin yang dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada para seniman yang hadir dan harapan agar layanan QRIS dapat dijadikan stimulan bagi seniman untuk terus berkarya baik secara langsung atupun melalui daring.

Tidak kurang dari 100 seniman yang berdomisili Yogyakarta, Klaten, Purworejo hingga Semarang mengikuti kegiatan ini, termasuk beberapa nama besar seniman jalanan Yogyakarta seperti Terang Bulan, Starlight Rock, Sarcastic, hingga youtuber seperti Felix dan Tami Utami. Berbagai genre seni musik ikut dalam uji pentas pada kegiatan ini seperti tradisi, pop, jazz, solo vocal, orkes hingga trash metal. Setelah melakukan uji pentas, seniman jalanan ini diwawancarai oleh tim kurator dari Institut Musisi Jalanan yang digawangi oleh Andi Malewa untuk kemudian dinilai apakah yang bersangkutan layak atau tidak untuk diberikan layanan QRIS ini. Tercatat kesemua pesertanya dinyatakan lolos dan berhasil untuk mendapatkan layanan QRIS. Data yang didapat kemudian akan disampaikan melalui Bank Rakyat Indonesia cabang Kemendikbud, selaku salah satu penyelanggara layanan QRIS, untuk nantinya dibuatkan rekening baru serta layanan QRIS bagi para pelaku budaya ini.

Tidak hanya seniman lokal dari Yogyakarta, seniman kenamaan Ibukota seperti, Armand Maulana,Gigi,  Fryda Lucyana, Sandi Sondoro, Marjinal, Kojek Rap Betawi, Koko Thole/Keroncong Pesona Jiwa hingga Anto Baret tertarik terhadap layanan QRIS ini, sehingga, melalui momen Ramadhan pada saat ini Direktorat Jenderal Kebudayaan beserta dengan Bank Rakyat Indonesia dan Institut Musik Jalanan menggelar peluncuran  dan sosialisasi layanan Qris, ramah tamah serta penyerahan layanan QRIS bagi para pelaku budaya ataupun seniman yang berdomisili di Jakarta. Kegiatan ini dilaksakan di Ruang Graha Utama Gedung A Kemendikbud pada tanggal 29 April 2021.

Diharapkan kegiatan ini nantinya akan berlanjut ke kota-kota berikutnya untuk menjaring dan mensosialisasikan layanan QRIS ini bagi pelaku budaya pada umumnya, sehingga kegiatan kebudayaan akan kembali bergairah di tengah rencana dan target pemerintah dalam program vaksinasi bagi masyarakat Indonesia.