Inventarisasi Babad Lontar Koleksi Gedong Kirtya, Upaya Penyelamatan Sumber Sejarah Lokal

0
982
Saptari Novia Stri selaku Kasubdit Penulisan Sejarah Dit Sejarah membuka kegiatan DKT di BPNB Bali

DENPASAR — Pentingnya inventarisasi sejarah lokal, khususnya manuskrip mendorong Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk mengadakan Inventarisasi Manuskrip Babad Koleksi Gedong Kirtya. Dalam rangka menjaring masukan dari berbagai elemen masyarakat, khususnya masyarakat Bali, Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dilaksanakan di Gedung Kesawa Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) di Denpasar, Bali. Acara yang diadakan pada Selasa, 15 Oktober 2019 disambut positif oleh berbagai kalangan masyarakat. Diskusi ini dihadiri oleh 50 orang, mulai dari akademisi, sejarawan, penutur bahasa Bali, peneliti dan pengkaji budaya, OPD Kabupaten Buleleng, UPT Kebudayaan Kemdikbud hingga beberapa elemen mahasiswa dari Universitas Udayana.

Diskusi dibuka oleh Kepala Subdit Penulisan Sejarah, Saptari Novia Stri yang mewakili pimpinan Direktorat Sejarah. Diskusi yang dimoderatori Bagus Oka Manobhawa, dimulai dengan pemaparan tim penyusun buku Inventarisasi Manuskrip Babad Koleksi Gedong Kirtya ini. I Gede Gita Purnama Arsa Putra salah seorang penyusun buku menjelaskan latar belakang penyusunan buku inventarisasi manuskrip babad ini yang diberi judul “Khazanah Manuskrip Sejarah Koleksi Gedong Kirtya”. Koleksi manuskrip babad Gedong Kirtya dinilai sebagai perpustakaan lontar pertama dan satu-satunya di Bali sejak 1928. Berlokasi di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Gedong Kirtya memiliki sejarah kuratorial naskah yang baik dan melalui kurasi yang ketat. Koleksi lontar di Gedong Kirtya ini dinilai dapat menjadi rujukan penelitian bagi peneliti lokal maupun asing. Dalam pemaparannya, beliau memfokuskan naskah babad Kelompok V dengan jumlah 96 lontar babad, serta 25 lontar yang belum berseri, namun mengandung unsur kesejarahan. Karena tidak semua lontar babad mengandung informasi kesejarahan.

Penyusun lain, Ida Bagus Ari Wijaya juga turut menceritakan dan berbagi pengalaman tentang tingkat kesulitan serta proses penyusunan buku inventarisasi Khazanah Naskah Lontar Babad Gedong Kirtya tersebut. Mulai dari masalah pembacaan tanda diakritik, proses alih aksara hingga terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dimaksudkan agar babad lontar ini dapat dipakai dan diaplikasikan dalam proses penyusunan penelitian sejarah ataupun informasi kesejarahan yang berguna bagi masyarakat.

Pada sesi diskusi dan tanya jawab, banyak pertanyaan baik akademisi dan mahasiswa yang berasal dari Universitas Udayana. Selain itu, perwakilan dari kepengurusan Gedong Kirtya dan penyuluh Bahasa Bali. Sepertihalnya akademisi dari Universitas Udayana, Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A, Guru Besar Sejarah mengkritisi perlu adanya sebuah pengertian singkat tentang apa itu lontar atau babad. Menurutnya, kajian sejarah babad lontar ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat Bali untuk membangun kesadaran betapa pentingnya keberadaan lontar bagi masyarakat itu sendiri, di samping itu juga akan banyak mendorong generasi muda untuk mengambil jurusan sejarah di Universitas Udayana.

Prof. Dr. Phil I Ketut Ardhana, M.A memberikan koreksi terhadap draft buku yang telah disusun oleh tim

Editor dari buku inventarisasi babad Gedong Kirtya, Sugi Lanus menyampaikan tentang sejarah pengumpulan dan pengelompokan manuskrip lontar di Gedong Kirtya, untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana manuskrip ini dikelompokkan. Beliau juga menyampaikan bahwa inventarisasi manuskrip lontar babad ini merupakan pintu gerbang penelitian sejarah selanjutnya yang lebih luas, sehingga tidak dijelaskan secara mendetail tentang analisis dari setiap informasi sejarah yang terkandung di dalam babad tersebut.

Kepala Seksi Sejarah Lokal dari Direktorat Sejarah, Agus Hermanto juga menjelaskan tentang upaya-upaya yang telah dilakukan Kemdikbud dalam memberikan solusi terhadap kemudahan akses buku-buku sejarah terbitan Direktorat Sejarah yang saat ini dibutuhkan banyak kalangan. Dengan adanya pengembangan dan pemberdayaan perpustakaan daring milik Direktorat Sejarah, masyarakat umum dapat mengakses semua terbitan buku serta sumber sejarah secara mudah kapanpun dan dimanapun dalam bentuk E-Book. Perpustakaan daring tersebut dapat diakses melalui alamat http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/sejarah

Kontributor: M. Hafidz Wahfiuddin