Lebak— Kabupaten Lebak dikenal luas di masyarakat dunia melalui novel Max Havelaar (1860) yang ditulis pengarang Belanda bernama Eduard Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan nama Multatuli (aku yang banyak menderita). Keberadaan Multatuli di Kabupaten Lebak ditandai dengan beragam nama yang disematkan di antaranya pada jalan, apotik, majalah, alun-alun, aula, radio, dan museum.
Museum Multatuli menjadi ruang interaksi kreatif antarbudaya yang hidup dan berkembang di Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten. Keberadaan Museum Multatuli di Kota Rangkasbitung merupakan upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dalam menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.
Festival Seni Multatuli merupakan ikhtiar yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dalam rangka membuka ruang interaksi kreatif antarbudaya. Festival Seni Multatuli yang selajutnya disingkat menjadi FSM merupakan program tahunan yang tergabung dalam platform Indonesiana. Kegiatan FSM 2019 merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan di Museum Multatuli dan sekitarnya. Mengusung tema Kopi dan Seni, FSM 2019 dirancang khusus sebagai bagian dari upaya menarik sebanyak mungkin pengunjung ke Kabupaten Lebak melalui pariwisata berbasis sejarah, tradisi, pengetahuan lokal, seni, dan memanfaatkan objek pemajuan kebudayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengalaman dalam melaksanakan kegiatan FSM tahun 2018 menjadi modal dalam mendorong dan mewujudkan FSM 2019 dengan lebih sukses. Sukses dalam perencanaan, sukses dalam pelaksanaan, dan sukses dalam pelaporan. Keberhasilan FSM 2019 merupakan kerja bersama antara pemerintah, masyarakat, komunitas, pelaku usaha, dan pihak terkait lainnya.
FSM 2019 juga menjadi bagian dari ikhtiar mengenalkan Multatuli dan Museum Multatuli kepada masyarakat secara gotong royong. Multatuli, pengarang yang memberikan ilham kemerdekaan, harmoni, kesederajatan, keberagaman, dan kemanusiaan kepada dunia.
Kegiatan Persiapan FSM 2019 dilaksanakan pada hari Senin, 11 Maret 2019. Kegiatan berlangsung di Aula PKK Kabupaten Lebak. Kegiatan persiapan FSM 2019 dihadiri oleh Koordinator Pusat Indonesiana, Bapak Edy Suwardi (Kasubdit Internalisasi Nilai Sejarah, Direktorat Sejarah Kemendikbud RI), Ibu Rosmeijani Rini (Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya) Banten, Tim Indonesiana yang terdiri atas Tim Kurasi dan Produksi Ditjenbud (Heru Hikayat), Tim Pengelolaan Pengetahuan Ditjenbud (Rinto Tri Hasworo), dan Tim Kerjasama dan Komunikasi Ditjenbud(Egi). Kegiatan dihadiri juga oleh Perwakilan LPMP Banten, Kepala Dinas Peternakan Lebak, Dinas Komunikasi dan Informasi Lebak, Dinas Pariwisata, perwakilan Komunitas di Kabupaten Lebak, Pelaku budaya, dan panitia FSM 2018.
Hadir Membuka rapat Persiapan FSM 2019, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lebak (Imam Suangsa, S.IP., M.Si) Imam menyampaikan bahwa FSM 2018 mendapat apresiasi luas dari berbagai instansi dan kalangan. “FSM 2018″ menjadi contoh dalam pelaksanaan kegiatan bertaraf nasional yang dikelola secara baik. Kepanitiaan dan kepesertaan FSM 2018 mampu menarik minat generesi muda dan komunitas yang luas tidak hanya di Kabupaten Lebak melainkan di Provinsi Banten. Oleh karena itu, saya yakin FSM 2019 dapat terlaksana dengan sukses.
Koordinator Pusat Indonesiana wilayah Lebak, Bapak Edy Suwardi menyampaikan bahwa Kemendikbud bukanlah pelaksana festival. Pelaksana Indonesiana tetaplah Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak. Kemendikbud sangat mengapresiasi pelaksanaan FSM 2018 dan yakin dapat sukses pelaksanaan FSM 2019.
Dalam pandangan Heru Hikayat (Tim Indonesiana), pelaksanaan FSM 2018 sukses menjadi contoh bagi pengelolaan festival berskala nasional. Adapun evaluasi yang perlu ditindaklanjuti adalah ketersambungan antara konten acara dengan Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah. “Kami diamanati oleh Dirjen Kebudayaan untuk membaca Bab 7 dari PPKD Lebak sebagai acuan dalam pelaksanaan Indonesiana 2019. Mengapa harus melihat bab 7 sebab di bab tersebut terdapat beberapa permasalahan kebudayaan di setiap Kabupaten,” ungkapnya.
Heru juga berharap agar Indonesiana di Kabupaten Lebak ini membawa dampak pada terbentuknya ekosistem kebudayaan di Kabupaten Lebak. Heru juga berpesan agar setelah terbentuk tim kerja FSM 2019 segera menyelesaikan berbagai perangkat menuju pelaksanaan di bulan September.
Sebagai informasi, FSM 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 9-15 September 2019 di Kabupaten Lebak. Pelaksanaan Indonesiana di Kabupaten Lebak diharapkan mampu menarik kunjungan wisata 25.000 pengunjung selama perhelatan berlangsung.
UBM-IAF (Ed)