Pemda. Kabupaten Lebak dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Platform Indonesiana dalam bentuk rangkaian kegiatan dengan judul Festival Seni Multatuli. Kegiatan festival yang mengangkat tema Multatuli dengan karya sastranya menjadi kegiatan yang dianggap masih sangat relevan dimasa sekarang, meskipun karyanya sudah lahir sejak kurang dari 200 tahun lalu.
Festival Seni Multatuli 2018 adalah salah satu cara mengenalkan sejarah kepada masyarakat terutama kaum muda di Kabupaten Lebak secara menyenangkan. Melalui Museum Multatuli dan Multatuli Arts Festival dengan beragam kegiatan di dalamnya. Festival ini sebagai bagian dari ikhtiar mengenalkan Multatuli dan Museum Multatuli kepada masyarakat secara gotong royong.
Pembukaan Festival Seni Multatuli resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudaayaan, Kemdikbud, Hilmar Farid, Ph.D. Pembukaan dihadiri OPD. Kab. Lebak, Direktur Erasmus Huis, Komunitas Budaya dan Masyarakat yang akan di gelar dari tanggal 6-9 September 2018.
Dalam sambutannya Hilmar Farid mengajak agar budaya sebagai salah satu point yang penting dalam mengangkat pariwista daerah, yang didalamnya ada bahasa yang sebagai bagian ekosistem budaya. Dukungan terhadap pelaku literasi juga disampaikan Hilmar Farid. Dalam sambutannya disampaikan bahwa karya sastra jangan pernah dipandang dengan sebelah mata dan curiga, energi kreatif dalam pembangunan akan dengan sendiri mengikutinya.
Dalam sambutannya disampaikan tentang bagaimana banyak destinasi di dunia berkembang dengan cerita. Kota-kota di Skotlandia menjadi ramai karena cerita. Di Indonesia ada Belitung yang maju pariwisatanya hingga 400% akibat sastra. Banyak orang hadir ke Belitung hanya ingin melihat sekolah yang hampir roboh yang diceritakan dalam sebuah novel. Ini ada di lebak, hampir 200 tahun lalu Multatuli menulis karyanya dan hingga kini masih dibaca oleh orang dan itu adalah daya tariknya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Direktur Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Joyce Nijssen dalam sambutan yang disampaikan pada pembukaan Festival Seni Multatuli menyampaikan bahwa novel Max Havelar karya Multatuli menjadi bacaan wajib di Sekolah Menengah Atas di Belanda.
Festival seperti ini jangan diadakan sekali setahun harapan yang disampaikan Hilmar Farid dalam pembukaan acara tersebut. Hal ini disampaikan setelah Melihat hamparan cerita yang ada. Festival Seni Multatuli dinilai sebagai cara untuk melihat peta kita untuk bagaimana cara melangkah kedepan mengembangkan pembangunan yang akan dilaksanakan ditengah hamparan cerita dan kebudayaan yang harus dikembangkan.
Festival Seni Multatuli dirangkai dalam suatu rangkai kegiatan yang diantaranya adalah:
- Simposium Kesejarahan: Multatuli dan Post Kolonialisme di Indonesia;
- Pameran Cagar Budaya;
- Pameran Sejarah Kopi, Erasmus Huis;
- Festival Kesenian Tradisional:;
- Poklod
- Kromong Baduy
- Gegendeh
- Beluk Saman
- Wayang Golek
- Festival Teater;
10 Kelompok Teater Se-Provinsi Banten
- Opera Saidah dan Adinda oleh Ananda Sukarlan;
- Workshop Melukis bersama Dolorosa Sinaga;
- Karnaval Kerbau;
- Jelajah Sejarah: Menelusuri Jejak Multatuli;
- Dan banyak kegiatan pendukung lainnya. (IAF)