Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada hari Jumat 6 Juli 2017 mengadakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun atau FGD buku Sejarah Toponim Kota Magelang. Direktur Sejarah, Dra. Triana Wulandari, M.Si dalam sambutannya mengungkapkan Kota Magelang merupakan salah satu kota yang bersejarah, sehingga layak untuk digali asal usul daerahnya. Khususnya asal-usul nama tempat daerah di Kota Magelang. Penyusunan buku Sejarah Toponim Kota Magelang diantaranya bertujuan untuk menggali dan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kota Magelang, khususnya asal-usul nama tempat atau kampung, yang memuat informasi sejarah, geografi, ekologi sosial dan budaya Kota Magelang.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Walikota Magelang Dra Windarti Agustina. Dalam sambutannya, Dra. Windarti Agustina menyatakan Kota Magelang sudah berusia lebih dari 11 abad atau tepatnya 1.112 tahun, dan telah mengalami banyak perubahan dari berbagai sisi. Keberadaan bangunan serta situs cagar budaya yang ada di Kota Magelang merupakan bukti sejarah di Kota Magelang. Nantinya diharapkan buku ini akan menjadi bantuan bagi generasi muda untuk mengetahui cikal bakal masyarakat serta peristiwa masa lalu yang terjadi di Kota Magelang, menutup sambutannya dalam acara FGD tersebut.
Buku Sejarah Toponim Kota Magelang merupakan buku lanjutan dari buku-buku sejarah toponim yang pernah dibuat oleh Direktorat Sejarah. Hingga tahun 2018, Direktorat Sejarah telah menyusun 4 buah seri buku toponim kota, yaitu Jakarta, Surakarta, Bandung, dan Magelang. Selain itu Direktorat Sejarah juga telah menyusun 1 buku sejarah toponim kota-kota pantai di Sulawesi.
Hadir sebagai pembahas buku Mukhamad Shokheh, M.A dari Universitas Negeri Semarang. Selain itu acara FGD juga dihadiri oleh akademisi dari Universitas Gadjah Mada dan Sanata Dharma Yogyakarta. Tak lupa segenap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Magelang juga turut hadir dalam acara yang diselenggarakan di Hotel Atria Magelang.
