Buku ini menyajikan beberapa tokoh seniman tradisi terpilih, dari Madura dan Minangkabau, dalam berbagai bidang masing-masing. Pilihan pada tokoh seniman tradisi di sini karena tetap berupaya berkomitmen untuk berkesenian dalam genre-genre kesenian yang mereka geluti masing-masing. Mereka pada umumnya bertarung melawan perubahan-perubahan nilai akibat modernisasi maupun akibat intervensi media-media eletronik dan dijital, yang mampu merasuk sampai ke desa-desa sekalipun. Penetrasi nilai-nilai baru tersebut telah banyak mengubah cara berfikir, cara hidup, dan selera masyarakat pendukungnya. Akibatnya, eksistensi para pewaris kekayaan budaya dan identitas budaya tradisi Indonesia semakin lama semakin terancam. Upaya melakukan pendokumentasian kesenian tradisi menjadi penting dan perlu diapresiasi, agar seni tradisi kita tidak terlindas oleh arus budaya populer.
Para tokoh seniman tradisi yang dipilih di sini, adalah mereka yang setia berkomitmen mempertahankan keberlanjutan tradisinya di tengah arus perubahan sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Sebagai seniman-seniman senior yang handal, mereka memiliki banyak perbendaharaan pengetahuan seni tradisi dalam pikirannya. Hajizar Koto, penulis tokoh Minangkabau di sini menuliskan bahwa, “… preservasi merupakan usaha penyelamatan terhadap sesuatu yang hampir hilang, atau sesuatu yang telah tersia-siakan disebabkan tidak diurus lagi oleh siapa pun. Padahal sesuatu yang tida terurus itu memiliki potensi penting untuk bukti sejarah, bukti suatu aktivitas, bahkan mungkin sesuatu yang sangat dibutuhkan tetapi sedang terlalaikan atau terlupakan memperhatikannya.” Para tokoh kesenian tradisi di sini banyak menuturkan tentang kesenian maupun gejala perubahan yang melanda kesenian mereka. Perubahan dalam konteks pertunjukan, persaingan dengan budaya populer, minimnya animo awula muda dalam mewarisi budaya tradisi adalah beberapa di antara tantangan yang dihadapi seni tradisi dewasa ini. Diperlukan peranan kebijakan pemerintah agar kesenian tradisi dapat lebih dilindungi dan didukung eksistensinya, sebagai bagian mempertahankan harkat dan martabat bangsa, serta identitas ke-Indonesiaan. Kisah para pewaris budaya inilah yang disampaikan dalam buku ini, agar melalui upaya preservasi, seni tradisi masih bisa diteruskan kepada generasi berikutnya.
Contoh dalam buku ini memberikan satu ilustrasi bahwa para pewaris tradisi itu menghadapi berbagai tantangan yang besar dalam arus perubahan kebudayaan mereka. Sang pewaris tidak lagi mempunyai peran penting untuk menawarkan nilai tradisi mereka pada generasi muda sekarang ini. Pengaruh dan penetrasi kearifan nilai budaya lokal nyaris tidak mampu lagi dilakukan oleh masyarakat tradisi di Indonesia. Kebanyakan berupaya mengisolasi diri dari dunia luar, berharap dapat memproteksi kebudayaan tradisi dan generasi mereka sendiri. Tetapi cara proteksi bukanlah pilihan bijak, karena akan mengisolasi dari dunia global dan akan berdampak negatif pula bagi perkembangan positif masyarakat. ‘Jalan tengah’ yang potensial dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat-masyarakat tradisi di Indonesia. Mereka harus dimampukan untuk menawarkan nilai budaya yang mereka miliki melalui berbagai media yang akrab dengan generasi muda. Pemberdayaan masyarakat tradisi dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu yang dipilih adalah membuat buku dan video yang mudah diakses generasi muda. Berbagai cara lain adalah dengan memberikan pembelajaran di kelas, kegiatan non formal masyarakat, media dan pelatihan regenerasi pewaris dalam sanggar-sanggar atau bahkan sekolah formal. Buku ini merupakan satu bagian yang memberikan kontribusi pada persoalan itu.
Pilihan pada tradisi masyarakat Madura dan Minangkabau bersifat strategis. Kedua masyarakat ini termasuk dalam lima besar masyarakat perantau Indonesia, yang lainnya masyarakat Jawa, Sunda, Bugis, Batak, dan sebagainya. Masyarakat perantau, secara teoritis menghadapi persoalan pewarisan tradisi yang lebih pelik. Misalnya akibat unsur kelengkapan masyarakat kurang mencukupi dalam melaksanakan upacara tradisi. Atau di perantauan tidak ada pewaris tradisi yang ahli untuk menyampaikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam keseniannya. Pada prinsipnya keberhasilan membangun keindonesiaan yang tangguh haruslah dalam bingkai hidup bersama secara damai. Dan cara untuk menciptakan hidup damai di antara masyarakat yang beragam adalah dengan saling mengapresiasi perbedaan itu sendiri. Persiapan informasi dan kemudahan akses adalah cara untuk meningkatkan apresiasi. Perbedaan harus selalu dikomunikasikan kepada ‘yang lain’ agar mereka bisa mengerti dan memahami mengapa kita berbeda. Dan sebaliknya, kita juga harus mencari sumber informasi lain agar apresiasi kita semakin meningkat. Hal ini adalah bentuk konkrit dari cara mengamalkan falfafah ‘Bhineka Tunggal Ika’.
Buku ini disajikan secara multimedia, teks dan media rekam (DVD). Keduanya memberikan informasi yang saling melengkapi. Pembaca tidak hanya dapat melihat informasi secara tertulis, tetapi juga dapat menonton kegiatan para tokoh seniman tradisi dalam keping DVD. SUH