Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata “randha royal”? Dalam bahasa Jawa kata ini berarti janda yang royal. Namun dalam kenyataannya, ia merupakan nama sebuah makanan ringan tradisional dari Jawa Tengah yang terbuat dari tepung beras yang diisi tape dan digoreng. Ketika dinikmati dalam kondisi masih hangat, ia menyajikan sensasi rasa yang unik antara asam, asin dan manis sekaligus. “Janda” yang satu ini memang menerbitkan selera.
Hal tersebut tersaji dalam lomba kuliner yang menjadi bagian kegiatan Kemah Budaya Nasional (KBN) IX di Bumi Perkemahan Kayu Bura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Kegiatan yang diikuti oleh 34 kontingen daerah (Konda) seluruh Indonesia ini berlangsung dari tanggal 16 – 22 September 2018. Dan randha royal adalah kuliner yang disajikan oleh kontingen Jawa Tengah.
Lomba kuliner diikuti oleh seluruh Konda peserta KBN dengan diwakili oleh 3 orang setiap kontingen. Setiap konda diwajibkan menampilkan salah satu menu khas masakan atau makanan dari daerahnya yang dimasak dalam waktu yang telah ditentukan. Sebelumnya, pada awal lomba, tuan rumah kontingen Sulawesi Tengah mendemonstrasikan pembuatan Kue Daun Kelor. Makanan khas Parigi Moutong ini berbahan dasar daun kelor yang diolah menjadi semacam kue lumpur. Ia menawarkan sensasi perpaduan rasa yang menarik.
Dalam lomba tersebut berbagai macam masakan hadir menjadi sensasi petualangan rasa bagi yang mencicipinya. Seperti kuliner lempah kuning dari Bangka Belitung, sagu hitam (Papua Barat) hingga ikan paus dari daerah Nusa Tenggara Timur, menjadi semacam pelangi warna-warni diatas meja makan. Berbagai warna, bermacam rasa yang menerbitkan selera.
Dan dalam lomba yang Ibu Bupati Parigi Moutong juga menjadi salah satu jurinya ini, keluar sebagai penyaji terbaik adalah kontingen Papua dengan tradisi bakar batu. Tradisi penting ini berupa ritual memasak bersama satu warga kampung sebagai ungkapan syukur, menyambut kebahagiaan atau untuk mengumpulkan prajurit sebelum berperang.
Sebuah masakan memang tidak hanya merupakan adonan seimbang antara bahan utama, bumbu-bumbu dan cara penyajiaannya. Ia tidak sekedar memotong sayuran, mencampur dengan ulekan rempah, mengolahnya diatas api yang menyala lalu menyajikannya dengan alas khusus, dengan cara dan waktu tertentu. Sajian kuliner adalah representasi teknik, estetika, pengetahuan genetika rasa dan kearifan lokal yang terhidang di meja makan. Sajian kuliner perlu dicicipi tidak hanya dengan indra pengecap, tapi juga dengan perasaan yang terbuka, bersahaja plus kelegaan dan kesediaan untuk berpetualang memahami (rasa) budaya lain.