Seminar Kesejarahan dengan tema “Sriwijaya dan Poros Maritim Dunia” yang dilaksanakan Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dari tanggal 6 Agustus 2018 telah resmi berakhir. Kegiatan seminar yang membahas tentang Sriwijaya dari berbagai perapektif ini menghadirkan 12 pembicara tamu dan 50 pemakalah terseleksi telah menghasilkan rumusan yang perlu ditindaklanjuti.
Tim perumus yang terdiri dari Kasijanto Sastrodinomo (UI) sebagai ketua, Farida Ratu Wargadalem (MSI Sumsel) sebagai sekretaris, dan 4 orang anggota yang terdiri dari Agus Widiatmoko (Direktorat Sejarah), Didik Pradjoko (UI), Budi Wiyana (Balar Sumatera Selatan), dan Anastasia Swastiwi (BPNB Tanjung Pinang) berhasil membuat 7 rumusan yang perlu ditindaklanjuti berdasarkan hasil dari diskusi pleno dan panel selama kegiatan berlangsung. Adapun ketujuh rumusan tersebut adalah:
- Perlu pembentukan pusat studi Sriwijaya.
- Perlu penggalian sumber-sumber asing di berbagai negara.
- Perlu peraturan daerah yang mengatur tentang penyelamatan cagar budaya.
- Perlu penguatan tindakan penyelamatan cagar budaya dan lingkungan.
- Perlu pengkajian nilai-nilai budaya komunitas indigenous.
- Per lu penyebarluasan pengetahuan sejarah melalui teknologi dan media digital.
- Perlu pengkajian lebih intensif tentang kemaritiman.
Sebagai penutup, Tim perumus juga mengungkapkan bahwa pengkajian tentang aspek-aspek kesejarahan Sriwijaya dipandang penting ditumbuhkembangkan untuk pembentukan karakter dan identitas bangsa. Kemampuan Sriwijaya dalam mengelola sistem ketatanegaraan, pertahanan dan perdagangan patut dijadikan inspirasi dan pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk memasuki era digital.