Tahun 2013, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memandang perlunya menghasilkan suatu buku yang mengupas mengenai nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia. Buku Pasola merupakan hasil verifikasi nilai budaya Agraris yang ditulis oleh Drs. Munandjar Widiyatmika dan Prof. Dr. Hudiono dari Universitas Cendana, Kupang, NTT.
Buku ini menceritakan bahwa dalam Kosmologi Sumba ada oposisi bipolar yang menempatkan segala hal dalam posisi berlawanan: panas-dingin, lelaki-perempuan, sakral-profan, benar-salah, dan seterusnya. Sebagai contoh: langit, sungai, air hujan, cangkul, dan tugal dianggap mewakili unsur lelaki yang panas. Bumi, lahan, bibit tanaman, dan lubang tanam mewakili unsur wanita yang bersifat dingin. Bertani dianalogikan dengan konsep perkawinan dimana dua unsur yang bertentangan tetapi saling diperlukan yakni laki-laki dan perempuan disatukan. Bertani adalah proses penyatuan itu. Sebagai kegiatan yang menghasilkan kehidupan baru, bertani, sebagaimana perkawinan adalah sesuatu yang sakral. Penuh dengan aturan adat yang mengatur hubungan manusia dengan marapu.
Pasola yang menjadi pokok pembicaraan buku ini adalah suatu etnografi tentang rangkaian upacara untuk meminta berkah kesuburan lahan pertanian pada para leluhur atau marapu. Dengan runtut, Widiyatmika bertutur mengenai siapa orang Sumba, dan bagaimana mereka bisa menjadi seperti sekarang. Melalui data sejarah, bahasa dan arkeologi, Widiyatmika menancapkan argumentasi mengenai asal usul orang Sumba yang kemungkinan berasal dari bagian barat Indonesia khususnya Melayu. Meskipun demikian, dengan keluasan referensinya, Widiyatmika dapat menjelaskan mengenai aneka ras yang mengaliri darah orang Sumba sekarang, termasuk posisi budaya dan ras Melanesia di Sumba. SUH