Jakarta, Senin, 16 Oktober 2017 bertempat di Plaza Insan Berprestasi Gedung A, Komplek Kemendikud, Senayan Jakarta. Riuh pikuk dan raut wajah gelisah bercampur kegembiraan hadir ditengah pelaksanaan pemberian apresiasi (hadiah) bagi para peserta terbaik dalam ajang Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) Tahun 2017.
Sejak dimulainya tahun 2012 lalu LKAS terus mengalami perkembangan, baik secara kuantitas perserta yang setiap tahun terus bertambah, juga kualitas hasil perekaman peserta yang terus menunjukan hasil yang memuaskan. Pada tahun 2016 peserta LKAS hanya tercatat 252 proposal sinopsis ide cerita sejarah untuk diperlombakan dalam seleksi nasional sinopsis proposal perekaman. Di tahun 2017 geliat peserta mengalami kenaikan. Peserta pada tahun ini mengalami peningkatan hingga 120 proposal sinopsis dari tahun sebelumnya. Jumlah proposal yang masuk berjumlah 372 sinopsis untuk diikutsertakan dalam seleksi proposal sinopsis.
Pada tahap penjurian hasil kreatifitas pelajar juga mengalami peningkatan, peningkatan tersebut dapat dilihat dari berkembangnya ide kreatif pelajar dalam menentukan tema, pencarian data sumber, perekaman audiovisual. tidak sampai disitu peningkatan hasil perekaman menunjukan kualitas yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Tahun 2017 juga menjadi tahun yang berbeda untuk LKAS, pada tahun ini pemberian hadiah langsung diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam sambutannya bapak Muhadjir Effendy mengapresisi ide kreatif pelajar dalam perlombaan film sejarah yang di motori Direktorat Sejarah. Menteri Pendidikan dalam pidatonya mengharapkan generasi muda pelajar khususnya dapat mengisi kekosongan industri kreatif dibidang perekaman film. Menurutnya, bukan tidak mungkin ketertarikan pelajar terhadap film, menjadi pilihan hidup berkarir di kemudian nanti.
Direktur Sejarah, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud Triana Wulandari mengatakan, Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) ada karena dilatarbelakangi akan kesadaran pentingnya sejarah bagi pendidikan karakter generasi muda. Dengan itu, diperlukanlah pengembangan alternatif media pemahaman sejarah dan nilai budaya yang kreatif dan edukatif. Selain dalam upaya mencari kreatifitas baru juga menyalurkan minat generasi muda di bidang seni audiovisual. Tentu saja upaya-upaya yang dilakukan itu untuk mendorong pelajar untuk menghasilkan karya seni bermuatan sejarah yang dikemas dengan lebih atraktif.
Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam pelaksanaan tahapan lomba telah mengasah berbagai kompetensi dengan saling bertemu, melihat, dan bertukar ide, gagasan, maupun pemikiran dalam hal kesejarahan dan produsi film dokumenter. Beragam aktivitas tersebut diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi kesadaran kesejarahan peserta.
Pada penjurian hasil Perekaman Kreatifitas Audiovisual Sejarah Panitia telah menetapkan enam tim sebagai peserta dengan hasil perekaman terbaik diantranya:
Terbaik I berjudul Babad Lombok diberikan kepada Nurul Lita dan Erdhu Bagas Tantawi dari SMK N 2 Kuripan, Nusa Tenggara Barat.
Terbaik II berjudul Sultan HB IX: Tokoh 1.000 Umat dari Yogyakarta untuk Indonesia diberikan kepada Shuhaib Abdul Karim dan Muhammad Sulchan Fathoni dari MAN 1 Yogyakarta, D.I. Yogyakarta.
Terbaik III berjudul Dr. Ferdinand Lumban Toning, Dokter Revolusioner Pemersatu Bangsa diberikan kepada Arief Ramadhan Djiwandana dan Anggie Slaraestya dari SMA N 1 Matauli Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara.
Harapan I berjudul Karang Unarang, Nadi Perbatasan diberikan kepada Nurul Anisah dan Sitti Wardah dari SMA N 1 Sebatik, Kalimantan Utara.
Harapan II berjudul Rambu Solo, Tradisi Pemakaman Unik di Tanah Toraja diberikan kepada Nuruzzaman Prasasti dan Nur Maghfirah Syahmar dari SMA N 2 Watansoppeng, Sulawesi Selatan.
Harapan III berjudul Teungku Chik Pante Kulu diberikan kepada Teuku Aufa dan Riza Maulani dari SMA N 1 Indrapuri, Banda Aceh, Aceh.
Sebagai finalis lomba yang berhasil sampai ke tahap Sepuluh (10) besar peserta terbaik pada ajang tahun ini diantara lain:
- Karya dengan judul: Patung Dirgantara Ironi Sebuah Kemegahan oleh: Michelle Angelica S dan Putu Loverian V.R. asal SMA Citra Kasih, Jakarta Barat DKI. Jakarta.
- Karya dengan judul: TIDAYU, Tiga Etnis Satu Pontianak oleh: Anglitu Suhardiman P dan Ade Gilang A. asal SMA N 1 Pontianak, Pontianak, Kalimantan Barat
- Karya dengan judul Menyusuri Sejarah di Jazirah Leihitu Oleh: Novia Aditya Langkeng dan Rifda Julianti Rumbia Asal SMK N 7 Ambon, Ambon, Maluku
- Karya dengan judul: Bioskop Donggala Elemen Pemersatu Kehidupan Sosial Kota Donggala oleh: Ragiel Harnawidyanto dan Muhammad Rizaldi Mustapa asal SMA Al-Azhar Mandiri Palu, Palu, Sulawesi Tengah.