Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan Titimangsa Fondation dan Kawan Kawan Media meluncurkan siniar (podcast) Sandiwara Sastra sebagai bentuk inovasi dan bagian dari program Belajar dari Rumah di masa pandemi Covid-19. Alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio ini ditujukan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya-karya sastra Indonesia. Siniar yang mulai tayang sejak 8 Juli 2020 pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita yang masing-masing berdurasi 30 menit, dan nantinya juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Siniar Sandiwara Sastra ini sempat menjadi trending di beberapa aplikasi siniar.

Disutradarai oleh Gunawan Maryanto (sutradara teater dan aktor film) dan diproduseri oleh aktor film dan teater Happy Salma serta produser film Yulia Evina Bhara, Sandiwara Sastra dilengkapi dengan tata musik dan suara yang membuat karya sastra yang dialih wahanakan dapat semakin dipahami maknanya. Daftar pengisi suaranya pun terdiri dari deretan aktor ternama dan pesohor lain diantaranya Najwa Shihab, Nicholas Saputra, Lulu Tobing, Happy Salma, Chicco Jericho, Iqbaal Ramadhan, Chelsea Islan, Pevita Pearce, Aryo Bayu, Jefri Nichols, Tara Basro, Rio Dewanto, Marsha Timothy, Vino G Bastioan, dan banyak lainnya.  


“Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa,” ujar Mendikbud pada konferensi pers peluncuran siniar Sandiwara Sastra di Jakarta, Senin (06/07) lalu. Lebih lanjut Mendikbud menyampaikan, “Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi. Lebih dari itu, ini adalah jalan untuk mengangkat literasi.”

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menjelaskan arah ke depan dalam pengembangan sastra. “Kemendikbud melakukan upaya pelestarian sastra melalui Sandiwara Sastra. Semakin banyak orang membaca dan mendengarkan karya sastra, semakin banyak juga orang yang menemukan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh sastra bagi kehidupan, di samping itu juga ingin membangkitkan minat untuk menulis agar tercipta karya-karya sastra baru yang berkualitas terutama di kalangan anak muda” ujar Hilmar.


Hilmar juga menyampaikan alasan Kemendikbud mengalih wahanakan karya sastra ke dalam format audio siniar dan siar. “Sandiwara Sastra adalah langkah untuk mendekatkan khazanah sastra kita kepada publik. Di masa lalu, sandiwara audio yang disiarkan lewat radio sangat populer. Ketika muncul media audio-visual dan media sosial, bentuk ini mulai memudar popularitasnya. Tapi belakangan ada kebangkitan media audio seperti podcast,”  ujar Hilmar.

Hilmar menambahkan, “Kemendikbud berharap Sandiwara Sastra ini bisa turut mewarnai ruang media baru dan juga mengangkat kembali kejayaan sastra Indonesia.”

Najwa Shihab, salah satu pengisi suara di episode 6 “Berita dari Kebayoran”yang diangkat dari cerita pendek karya Pramoedya Ananta Toer, mengapresas Sandiwara Sastra sebagai upaya untuk meningkatkan minat milenial terhadap karya sastra. “”saya berperan sebagai Aminah yang diangkat dari kisah tragis soal pembebasan lahan kampung yang membuat orang-orang tersingkir ke kota. Sketsa waktu tahun 1950-an, Aminah pergi dari kampungnya di Kebayoran ke Jakarta dan terjerumus dalam kehidupan malam yang kelam,” ujarnya pada taklimat media virtual yang digelar bulan Juli lalu.

Meskipun bukan orang baru di dunia pertelevisian, Najwa mengaku gugup karena baru pertama kali berakting. Dan karena adanya aturan pembatasan fisik akibat pandemi Covid-19, Nana berlatih jarak jauh selama tiga kali. “”Ditemani aktor-aktor senior ini, saya belajar mendalami karakter, menempatkan ruang dan masa tertentu, membedakan intonasi untuk setiap emosi, dan bagaimana menciptakan atmosfer cerita,” ungkapnya.

Senada dengan Najwa, Iqbaal Ramadhan menganggap program Sandiwara Sastra sangat relevan dengan kondisi kekinian. “Bisa didengarkan saat melakukan hal lain, tidak harus menyediakan waktu khusus. Adanya alih wahana dalam bentuk podcast ini bisa membuat ketertarikan baru untuk mengenal sastra,” tutur pemeran Perkutut dalam episode “Kemerdekaan” karya Putu Wijaya ini.

Sebagai tahap pertama dari seri Sandiwara Sastra, 10 karya sastra yang dapat dinikmati masyarakat adalah adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari; novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq; cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya; cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari; cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer; novel Lalita karya Ayu Utami; cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam; cerpen Persekot karya Eka Kurniawan; novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Orang-orang Oetimu karya Felix K. Nesi. (MY)

(Sumber: rilis pers dan rekaman taklimat media peluncuran Sandiwara Sastra)