Waingapu – Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid meresmikan dan menadatangani prasasti 8 (delapan) kampung adat di Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (9/11) yang mendapatkan bantuan Program Revitalisasi Desa Adat tahun anggaran 2015, melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat  Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dirjen Kebudayaan sedang melakukan Tunggur Tillu Manu(Injak Telur)
Dirjen Kebudayaan sedang melakukan Tunggur Tillu Manu(Injak Telur)

Direktur Jenderal Kebudayaan yang didampingi oleh Wakil Bupati Sumba Timur, Komandan Distrik Militer, Direktur Studi & Pelestarian Budaya Sumba serta Muspida Kabupaten Sumba Timur dan juga pimpinan serta staf Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi disambut dengan meriah melalui rangkaian adat Pa Hambur Marata.  Pa Hambur Marata ditujukan untuk menyambut dan melapangkan jalan bagi tamu kehormatan yang baru pertama kali datang. Rangkaian Pa Hambur Marata menandakan seluruh warga kampung menerima dan menyambut tamu dan rombongan dengan hati terbuka. Pa Hambur Marata  juga bertujuan agar kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan lancar, hikmat dan terhindar dari segala kendala. Rangkaian Pa Hambur Marata  dimulai dari Tunggur Tillu Manu (injak telur) kemudian Habar Karunggu (sebar biji beras).

Selanjutnya, tamu beserta rombongan berjalan menuju rumah adat diiringi dengan Tarian Ninggu Harama. Tarian Ninggu Harama ditampilkan menggunakan tameng dan tombak yang asli. Tarian ini melambangkan semboyan spirit dan sifat heroik dalam setiap aktifitas kita agar terus semangat dalam usaha dan kerja.  Tarian Ninggu Harama melambangkan kesatriaan dan kepahlawanan. Tarian Ninggu Harama disaksikan oleh seluruh warga Kampung Adat  Praingu Prailiu serta undangan 8 desa yang menerina bantuan Revitalisasi Desa Adat tahun anggaran 2015 di Kabupaten Sumba Timur.

Tarian Ninggu Harama untuk menyambut tamu dan rombongan
Tarian Ninggu Harama untuk menyambut tamu dan rombongan

Hilmar Farid, langsung duduk bersama dengan ketua-ketua adat beserta Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, Direktur Pelestarian dan Studi Rumah Budaya Sumba, Pastor Robert Ramone. Kemudian, ketua kampung adat Praingu Prailiu menyuguhkan kapur sirih. Berikutnya, Tarian Paaka ditampilkan untuk menyambut Dirjen Kebudayaan beserta rombongan.  Tarian Paaka dibawakan oleh sanggar seni Ori Anu yang juga merupakan penerima bantuan program Fasilitasi Komunitas Budaya di Masyarakat Kabupaten Sumba Timur.

Tarian Paaka yang ditampilkan dari Sanggar Seni Ori Anu
Tarian Paaka yang ditampilkan dari Sanggar Seni Ori Anu

Delapan kampung adat yang diresmikan diwakili oleh ketua Kampung Adat Praingu Prailiu, Tamu Umbuh Ini Ayi. Beliau mengatakan bahwa Program Revitalisasi Desa Adat di Sumba Timur mendapat sambutan baik dari masyarakat. Namun, tantangan serta kendala yang ditemui dalam membangun rumah adat adalah keterbatasan waktu. Sebagaimana diketahui bersama bahwa dalam membangun rumah adat dibutuhkan kayu yang terbaik dengan jenis-jenis tertentu. Lebih lanjut, beliau mengharapkan ada kebijakan dari kementerian terkait program Revitalisasi Desa Adat untuk kelonggaran waktu, tetapi dalam pengawasan yang ketat. Pada kesempatan tersebut, Tamu Umbuh Ini Ayi, atas nama 8 kampung adat yang diresmikan menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktur Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba menyampaikan ucapan terima kasih

Selanjutnya, Direktur Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba, Pastor Robert Ramone menyampaikan bahwa sudah ada 120 rumah adat yang dibangun di Pulau Sumba lewat program Revitalisasi Desa Adat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun tahun 2013 sampai 2015. Beliau mengatakan menurut masyarakat Pulau Sumba umumnya ini merupakan hal yang luar biasa. Lebih lanjut Robert Ramone mengatakan, rumah adat bukan saja sebagai jati diri bagi orang sumba, tetapi rumah adat merupakan tempat atau wadah untuk melestarikan nilai-nilai kekeluargaan, kekerabatan, gotong royong dan toleransi.

Penyerahan Proposal Pengajuan Bantuan Pemerintah Revitalisasi Desa Adat secara Simbolik dari Wakil Bupati Sumba Timur kepada Dirjen Kebudayaan
Penyerahan Proposal Pengajuan Bantuan Pemerintah Revitalisasi Desa Adat secara Simbolik
dari Wakil Bupati Sumba Timur kepada Dirjen Kebudayaan

Berikutnya, Wakil Bupati Kabupaten Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, dalam sambutannya mengatakan bahwa Program Revitalisasi Desa Adat merupakan program yang dirindukan oleh masyarakat kampung adat Sumba Timur dan pemerintah daerah juga ada keterbatasan kemampuan dalam hal anggaran untuk program pembenahan atau revitalisasi kampung adat. Sehingga beliau menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bantuan Revitalisasi Desa Adat. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Pusat Kajian Studi Rumah Budaya Sumba yang sudah menjembatani kampung-kampung adat agar bisa memperoleh bantuan pemerintah.

Kemudian,  Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid, menyampaikan terima kasih untuk sambutan hangat dari masyarakat Kampung Adat Praingu Prailiu. Beliau merasa seperti kembali ke rumah sendiri ketika disambut oleh masyarakat Kampung Adat Praingu Prailiu. Hilmar Farid, menambahkan bahwa, sambutan secara tradisi membuktikan bahwa adat-istiadat masih hidup, dipertahankan, dipelihara, dilestarikan dan juga sudah menjadi bagian masyarakat Kampung Adat Praingu  Prailiu dan Sumba Timur secara umum. Lebih lanjut beliau, mengatakan bahwa Program Revitalisasi Desa Adat ini mendapat perhatian penuh dari pemerintahan Presiden Jokowi.

Dirjen Kebudayaan menyampaikan sambutannya dalam peresmian 8 Kampung Adat di Sumba Timur
Dirjen Kebudayaan menyampaikan sambutannya dalam peresmian 8 Kampung Adat di Sumba Timur

Hilmar Farid juga menambahkan bahwa, memelihara hukum adat adalah sebenarnya kita sedang memelihara tiang yang mendirikan bangsa ini. Beliau juga berpesan, ketika berbicara tentang revitalisasi ada banyak jalan, salah satunya adalah pendidikan serta berharap bisa berjalan dan syukur kalau bisa kegiatan kesenian yang ditampilkan oleh sanggar seni pada saat ini bisa masuk dalam kurikulum pendidikan.

Menurut hemat beliau, cara pelestarian itu harus dilakukan dengan kegiatan yang konkrit. Hilmar Farid juga menyoroti, kalau ingin menjadi desa adat wisata, pertanyaannya pariwisata jenis apa yang kita inginkan? Banyak orang dari luar Indonesia datang untuk wisata tradisional, tetapi sering tidak menghargai budaya kita? Pada setiap orang yang datang ke kampung adat harus menyesuaikan dengan keadaan, mulai dari cara berpakaian serta tradisi umumnya di kampung adat tersebut, dan membuat tamu atau wisatawan yang datang harus belajar dan bisa menghargai budaya yang ada disini.

Pada akhir sambutannya, Hilmar Farid menerima secara simbolis proposal Revitalisasi Desa Adat dari Wakil Bupati Sumba Timur, serta menandatangani Prasasti peresmian 8 kampung adat di Kabupaten Sumba Timur dan menyerahkannya kepada masing-masing ketua kampung adat yaitu Kampung Adat Praingu Prailiu, Kampung Adat Praingu Kapoku, Kampung Adat Praingu Lailara, Kampung Adat Praingu Wundut, Kampung Adat Praingu Watumbaka, Kampung Adat Praingu Yubuwai, Kampung Adat Praingu Kombapari, serta Kampung Adat Taimandinu.