PEMBINAAN KELEMBAGAAN ORGANISASI KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA, MATARAM – NUSA TENGGARA BARAT

0
1610

Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi telah melaksanakan kegiatan Pembinaan Kelembagaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Hotel Lombok Raya pada tanggal 3 – 5 Juni 2015. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Badung.
Peserta kegiatan Pembinaan Kelembagaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berjumlah 100 orang, yang terdiri dari unsur Pengurus Organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Dinas yang membidangi Kepercayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan Narasumber terdiri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, Balai Pelestarian Nilai Budaya, Akademisi, Budayawan, serta Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan Pembinaan Kelembagaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diawali dengan penyampaian laporan panitia penyelenggara kegiatan, sambutan selamat datang dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat selaku tuan rumah dan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof. Kacung Marijan.
Materi pertama disampaikan oleh Direktur Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Dra. Sri Hartini dengan judul “Kebijakan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”. Materi kedua disampaikan oleh Direktur Ketahanan Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan yang dibacakan oleh Kasubdit Agama dan Kemasyarakatan Direktorat Ketahanan, Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan Kementerian Dalam Negeri, Drs. MB Saudy dengan judul “Peran organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Organisasi Kemasyarakatan”. Materi ketiga disampaikan oleh Dewan Pakar Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Ir. Hertoto Basuki dengan judul “Membangun Karakter Bangsa dan Budi Luhur dalam Manajemen Kawulo Gusti”. Materi keempat disampaikan oleh Prof, Dr. I Ketut Riana SU, akademisi Universitas Udayana, yang dibacakan oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Badung, Drs. I Made Purna, M.Si dan Muhamad Ridwan dari Organisasi SUBUD dengan judul “Pengelolaan Organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Perspektif Kepercayaan”. Materi terakhir disampaikan oleh Drs. Abdul Latif Bustami, Msi dengan judul “Pengelolaan Organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Tindak Lanjut Rekomendasi Sarasehan Nasional Jogjakarta 2014”.

Setelah penyampaian materi, dilakukan pembagian kelompok sebanyak tiga komisi yang membahas persoalan kelembagaan, program, serta permasalahan penghayat kepercayaan beserta solusinya. Kemudian dilanjutkan dengan pleno hasil diskusi dan membuat rumusan dari kegiatan pembinaan kelembagaan organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah dilakukan sidang pleno, maka didapat rumusan dari kegiatan pembinaan kelembagaan organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai berikut :
IMG_2034
1. Penghayat kepercayaan memperjuangkan 4 (empat) konsensus dasar, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Organisasi Kepercayaan telah berperan serta dan memberikan sumbangsih yang nyata dalam tahapan persiapan kemerdekaan, perjuangan menegakkan NKRI, dan mengisi pembangunan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dunia internasional.
3. Organisasi kepercayaan mempunyai potensi, keunggulan yang diaktualisasikan sesuai,dengan dinamika perubahan sosial budaya yang disebabkan oleh globalisasi telah menimbulkan krisis multi dimensional yang membutuhkan komitmen Penghayat untuk memberikan kontribusi nyata dan solusi bagi pembangunan karakter serta penguatan jati diri bangsa Indonesia.
4. Penghayat memiliki kelemahan dalam kodifikasi ajaran, penguatan kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
5. Organisasi kepercayaan memperluas jejaring dan mensinergikan, mengintegrasikan dan,mensinkronisasikan program dengan pemerintah,korporasi, dan kekuatan masyarakat sipil
6. Penguatan kelembagaan organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan.