Sumber: Indonesia Plus ( http://indonesiaplus.id/humanities/1297-jelang-panen-warga-merapi-merbabu-gelar-tradisi-tungguk-tembakau )

Indonesiaplus.id – Tradisi tungguk tembakau digelar para petani di lereng Gunung Merapi- Merbabu, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, untuk mengawali panen tembakau.

Rangkaian acara diawali ritual dan tirakat di atas bukit kompleks Makam Gunungsari, Rabu (2/8/2017) malam, ratusan warga datang mengenakan pakaian tradisional, dipimpin tetua adat Desa Senden, Suraji Siswo Pawiro, bersyukur kepada tuhan atas nikmat dan hasil bumi, khususnya tembakau.

Usai prosesi ritual dan tirakat digelar, dilanjutkan dengan makan bersama dari tumpeng yang dibawa, serta dilakukan pemetikan perdana daun tembakau yang disematkan di salah satu tandu yang akan dibawa kirab besok hari.

Kamis (3/8/2017) pagi, kirab dimulai dari Makam Gunungsari, dengan gunungan tumpeng nasi lebih besar, daun tembakau, serta beragam hasil bumi sudah terpasang di tandu. Ritual kembali digelar dan tiga tandu dibawa turun yang selanjutnya dikirab menuju lokasi festival tungguk tembakau.

Sebelum prosesi kirab yang diikuti ratusan warga dan kelompok kesenian menuju lapangan desa setempat, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pun turut hadir dan mengapresiasi tradisi tersebut.

“Tungguk tembakau adalah tradisi turun-temurun. Biasanya hanya digelar di masing-masing dukuh, tapi kali ini digelar dalam lingkup lebih luas yang diikuti para petani tembakau dari lereng Merapi-Merbabu di Kecamatan Selo dan sebagian Kecamatan Ampel, ” ucap tetua adat, Suraji Siswo Pawiro.

Ketua Panitia festival, Dwi Kristanto mengatakan, tungguk tembakau adalah rangkaian kegiatan menyambut panen tembakau, diiringi beraneka ragam kebudayaan, sebagai wujud syukur atas tumbuh suburnya tanaman tembakau.

“Tungguk tembakau digelar selain melestarikan budaya dan tradisi lokal, juga mendukung pariwisata di Kecamatan Selo. Festival akan berlangsung hingga 6 Agustus yang diisi dengan beragam kesenian, ” katanya.

Mayoritas warga di Kecamatan Selo merupakan petani, dan hingga kini tanaman tembakau masih menjadi komoditas primadona. Tembakau jenis rajangan menjadi pilihan petani, selain ditanam di musim kemarau, juga membutuhkan sedikit air.[Mor]