Sumber: Kemdikbud.go.id https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/09/bernostalgia-dengan-permainan-tradisional-di-pekan-budaya-indonesia

Palu, Kemendikbud — Banyak orang yang sudah lama tidak memainkan permainan tradisional. Sebagian besar memainkannya saat masih kecil. Namun di Pekan Budaya Indonesia 2017, masyarakat dapat bernostalgia memainkan beragam permainan tradisional yang digelar di Taman Budaya Golni, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Beberapa permainan tersebut antara lain egrang, gasing, bakiak, dan memanah.

Affan, siswa SMA Negeri 1 Palu, mengaku sangat senang bisa mencoba permainan tradisional di ajang Pekan Budaya Indonesia 2017. “Kaya’ kembali ke masa kecil, seperti anak-anak. Jarang-jarang ada beginian,” katanya di Taman Budaya Golni, Palu, Sabtu (23/9/2017). Affan datang bersama temannya, Gilang. Keduanya tampak sangat terhibur bisa memainkan permainan tradisional di Taman Budaya Golni.

Permainan tradisional yang menjadi favorit Affan dan Gilang adalah egrang. Awalnya mereka masih sangat kaku bermain egrang dan sering jatuh. Namun, mereka tidak putus asa, dan terus mencoba hingga bisa berjalan dengan egrang. “Seru, menantang, melatih keseimbangan,” tutur Affan.

Ia mengatakan, beberapa permainan tradisional yang kerap dimainkannya waktu kecil antara lain kelereng, gasing, dan kadende. Kadende adalah permainan tradisional yang melemparkan batu ke tanah atau lantai yang sudah diberi garis kotak-kotak. Kemudian pemain akan melompat di kotak-kotak tersebut. Di Pulau Jawa, permainan ini disebut Taplak.

Bagi Affan, permainan tradisional lebih menarik dibandingkan permainan zaman sekarang yang menggunakan teknologi atau gawai (gadget). “Lebih seru permainan tradisional karena lebih banyak beraktivitas, banyak keluar keringat, sehat, lebih aktif,” tuturnya.

Selain Affan dan Gilang, hadir juga siswi-siswi dari SMP Lab School Palu yang tampak gembira memainkan permainan tradisional. Mereka bermain bakiak, egrang, dan balap karung. “Saya belum pernah main ini lagi sejak kecil. Sudah lama tidak memainkan,” ujar Faizah, siswi kelas XIII SMP Lab School Palu.

Hal senada juga diungkapkan temannya, Nadira. Nadira menuturkan, permainan tradisional sangat menyenangkan, dan tidak memberatkan secara ekonomi karena dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam sekitar.. Permainan favoritnya adalah bakiak. “Karena permainan bakiak itu menguji konsentrasi, bermainnya secara bersama-sama, dan melatih kekompakan,” tuturnya.

Permainan tradisional memang banyak manfaatnya. Ada juga nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Misalnya bermain ketapel bisa melatih diri untuk fokus dan bersikap tenang untuk mencapai target sasaran. Begitu juga dengan bermain egrang, dapat melatih keseimbangan, ketenangan, semangat, dan pantang menyerah. Memanah dapat melatih konsentrasi dan sikap fokus, serta mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Dalam permainan gasing pun terdapat filosofis kehidupan. Endi Aras, seorang budayawan aktivis permainan tradisional mengatakan, gasing dibuat dengan proporsi bobot yang seimbang, dan bentuknya pun tidak boleh cacat sebelah, agar saat diputar dapat bertahan lama. Begitu pula dengan hidup. Jika kita bisa menyeimbangkan kehidupan, baik aspek perbuatan dan ucapan, maka kita bisa bertahan hidup lebih lama.

Di ajang Pekan Budaya Indonesia 2017, pengunjung dapat mencoba beragam permainan tradisional di Taman Budaya Golni, Palu, Sulteng, pada tanggal 22 s.d 27 September 2017. Di Taman Budaya Golni juga digelar berbagai acara kebudayaan lain yang menjadi rangkaian Pekan Budaya Nasional ke-3 dan Festival Pesona Palu Nomoni ke-2.  (Desliana Maulipaksi)