Direktorat Kepercayaan Terhadapt Tuhan YME dan Tradisi
Subdirektorat Lingkungan Budaya dan Pranata Sosial
 

Mengusung tema “Tradisi Pesisir Masa Lalu, Kini dan Masa Depan”, kegiatan ini diharapkan mampu menyambung rangkaian panjang perjalanan manusia, khususnya yang berada di daerah pesisir. Harapan serta upaya untuk memelihara budaya bangsa (maritim), tradisi yang dimiliki masyarakat pesisir, hingga meningkatnya pemahaman serta apresiasi masyarakat terhadap hal tersebut menjadi suatu hal yang tidak kalah penting didalam terselenggaranya kegiatan tersebut.

Budaya maritim sendiri menjadi salah satu bidang yang mendapat perhatian khusus dari presiden terpilih. Sehubungan dengan luas daerah laut yang mendominasi teritori NKRI, maka hal ini dirasa perlu untuk dipelajari, dipahami dan dipublikasikan. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini diharapkan tradisi pesisir yang dimiliki (tidak hanya) Pekalongan dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat luas. Selain itu, melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terkait dengan segala bentuk budaya pesisir. Tradisi pesisir yang dapat dilihat melalui berbagai ritual, tidak sebatas suatu rangkaian acara dengan persyaratan yang khusus. Nilai-nilai yang terkandung didalmnya memiliki posisi yang jauh lebih penting dan bermanfaat dibandingkan dengan segala sesuatu yang terlihat. Advokasi serta penegakan peraturan (hukum) diharapkan dapat berjalan sebagai mestinya, mengingat pentingnya nilai-nilai tersebut.

Adapun acara pendukung dalam “Gelar Tradisi Masyarakat Pesisir” diantaranya adalah diselenggarakannya seminar yang bertempat di Hotel Nirwana, Pekalongan. Seminar satu hari tersebut mengundang beberapa narasumber serta para pelaku (masyarakat pesisir) untuk saling berbagi pengetahuan serta pengalaman. Melalui hal tersebut, maka suatu pemahaman baru mengenai lingkungan budaya serta pranata sosial yang terdapat didalamnya dapat dijadikan suatu acuan dalam menghadapi permasalahan yang sedang berlangsung.

Sebagai salah satu kota yang terdapat di daerah pesisir, Pekalongan juga terkenal dengan produksi batiknya. Hal tersebut berimbas pada diberikannya julukan kepada kota tersebut sebagai kota batik. Hasil produksi batik kota yang terdapat di pesisir utara pulau Jawa ini telah ‘menjelajah’ sampai ke beberapa negeri seberang. Keberadaan salah satu prouk khas kota tersebut sekaligus dijadikan sebagai daya tarik wisata oleh pemerintah setempat. Secara otomatis, batik menjadi salah satu sumber pendapatan kota yang sangat penting untuk dipertahankan keberadaannya.

Bersamaan dengan produksi hasil karya para pengrajin batik tersebut, lahirlah suatu produk lainnya dengan dampak yang bertolak belakang. Limbah, merupakan produk lain yang dihasilkan oleh para produsen batik. Lokasi industri rumahan yang terletak tidak jauh dari bantaran kali menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan mulai dari hulu sampai ke hilir. Dampak yang dihasilkan dari pengrusakan lingkungan tersebut adalah berkurangnya jumlah ikan yang berada di tempat favorit para nelayan.

Berdasarkan hal tersebut, acara yang menjadi salah satu program subdirektorat lingkungan budaya dan pranata social tersebut diharap mampu (setidaknya) memberikan gambara menyeluruh tentang kondisi yang sedang dihadapi kota batik tersebut. Komunikasi dua arah antara para penduduk dengan beberapa ahli diharapkan memunculkan jawaban atas pertanyaan, terkait dengan permasalahan yang sedang terjadi.

Untuk menambah semarak kegiatan yang berlangsung tanggal 9 – 13 Oktober 2014 tersebut, maka turut diadakan pula berbagai acara pendukung lainnya. Acara tersebut diantaranya adalah pameran dan bazzar, lomba-lomba yang mengikutsertakan berbagai elemen masyarakat setempat, gerak jalan, sampai dengan upacara nyadran dan pagelaran kesenian wayang kulit. Berbagai rangkaian acara itu pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka menarik minat masyarakat untuk bias lebih memperhatikan isu-isu penting terkait dengan dunia kemaritiman, khususnya permasalahan lingkungan hidup.