Direktorat Sejarah Membuat “Gemes” Untuk Generasi Muda

0
2812

Direktorat Sejarah Membuat “Gemes” Untuk Generasi Muda – 28 Maret 189 tahun yang lalu, Pangeran Diponegoro ditangkap di kediaman Karesidenan Kota Magelang. Penangkapan Pangeran Diponegoro adalah bentuk penghianatan berkedok perundingan damai. Momen Sejarah Pangeran Diponegoro ini yang memotivasi Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggelar rangkaian kegiatan Gerakan Melek Sejarah (Gemes), 28-31 Maret 2019.

Gerakan Melek Sejarah (Gemes) ini adalah pertama kalinya diadakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Magelang adalah kota pertama yang menjadi tujuan Gemes ini. Gerakan Melek Sejarah bertujuan untuk  mewujudkan masyarakat yang terjaga dan sadar akan pentingnya nilai sejarah bangsa.

Gemes terdiri dari serangkaian kegiatan, mulai dari pertunjukan pagelaran teater tari “aku diponegoro”, bedah buku “sisi lain diponegoro”, nonton bareng, dan pameran lintasan literasi sejarah nasional. Kesemua rangkaian acara ini berkat kerjasama dari Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tim Institut Kesenian Jakarta melalui kurator ibu Indah Cahyo Wulan, Jogja galeri pimpinan Indro Suseno, pemerintah kota Magelang, dan Museum BPK Magelang.

Walikota Magelang, Ir. H. Sigit Widyonindito, MT, membuka rangkaian kegiatan Gerakan Melek Sejarah (28/3) dengan pemukulan Gong, dan membacakan beberapa sajak tentang Pangeran Diponegoro. Pada saat pembukaan hadir juga Gubernur Jateng yang diwakili Kadis Dikbud, Pak Taufik, Prof. Wardiman Djojonegoro, Mendikbud periode 1993-1998, Nina Akbar Tanjung, pemerhati sejarah, Sekda Magelang, para budayawan dan juga masyarakat umum, yang kurang lebih sejumlah 1500 orang hadir dalam rangkaian Gemes ini.

Direktur Jenderal Kebudayaan, yang dalam hal ini diwakilkan oleh Direktur Sejarah, Triana Wulandari, juga menyampaikan beberapa poin terkait Gemes, diantaranya adalah berupa harapan besar terhadap kebudayaan kota Magelang. “Tempat ini tidak hanya sekedar sebagai tempat penangkapan Pangeran Diponegoro, tapi tempat ini terkenal seluruh dunia dengan lukisan pangeran diponegoro yang dipamerkan di europalia pada tahun 2012, menjadi diskusi yang sangat hangat seluruh dunia. Di 7 negara pameran itu dipamerkan. Rumah ini sudah menjadi ingatan kolektif, semoga rumah ini segera menjadi satu Kawasan yang bisa dinikmati tidak hanya masyarakat sekitar, namun juga seluruh dunia.”

Selain ini, Triana Wulandari juga berharap Kemendikbud menjadikan tempat ini menjadi wisata sejarah, destinasi sejarah, dan bisa berkembang dengan baik.

Kisah Pangeran Diponegoro sudah sepantasnya terpatri di ingatan kita. Keberanian, religius, dan juga berjiwa kepemimpinan. Sudah saatnya kita menjadi generasi yang melek sejarah agar generasi kedepan tumbuh menjadi generasi luhur.