Tujuh Belas Koleksi Cagar Budaya Museum Patiayam Di Konservasi

0
1302
kolaborasi konservasi koleksi museum Patiayam

Museum Patiayam yang terletak di Kabupaten Kudus, patut merasa berbangga dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Kudus Nomor: 070/2117/1000/2020 tentang Penetapan Fauna Situs Patiayam Sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Kabupaten Kudus. Terdapat 17 fosil fauna yang terpilih khususnya karena kelangkaan dan sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, antara lain: Dubois Santeng, Maxilia Monyet, Metatarsal Hexaprotodon, Dentary Isurus sp., Dentary Notorynchus sp., Ivory Stegodon sp, Bosbubalus Palaeokarabau, Mandibula Rhinoceros, Molar Hystricidae, Dentary Crocodylidae, Cranium Cervus sp, dan Cast Tannidae. Fosil-fosil tersebut sebagian besar telah di tata dan tampilkan di dalam display Museum Patiayam, sehingga mampu memberikan pengetahuan kepada publik tentang nilai penting Situs Patiayam.

Setelah sekian lama berkolaborasi, pada kesempatan ini Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Kabupaten Kudus melaksanakan kegaiatan konservasi koleksi Museum Patiayam. Pelaksanaan kegiatan tersebut tepatnya pada tanggal 14-16 Oktober 2020, dengan melibatkan juga tenaga pelestari dari Dinas Budpar Kudus. Sementara itu dari pihak BPSMP Sangiran mengirimkan tenaga sejumlah 8 (delapan) personil dengan keahlian masing-masing, antara lain: konservator, analis pelestarian situs manusia purba, teknisi pelestari, kurator, dan pamong budaya ahli muda.

Kegiatan konservasi kali ini salah satunya meyasar pada 17 fosil yang telah ditetapkan oleh Bupati Kudus, dengan maksud agar kondisi cagar budaya tersebut lebih terpantau dan terkonservasi dengan baik. Pertama dilaksanakan observasi terhadap kondisi fosil baik secara visual maupun fisik, sehingga diperoleh data awal sebelum konservasi yang terkait dengan detail kerusakan. Dilanjutkan kemudian dengan penyiapan konsep dan metode serta bahan konservan yang aan diaplikasikan. Ternyata beberapa fosil koleksi tersebut mengalami beberapa kerusakan antara lain retak, berdebu, dan juga ada yang memerlukan (konsolidasi) penyambungan. Tindakan selanjutya adalah melaksanakan konservasi secara detail dan menyeluruh pada koleksi, kemudian memberikan tindakan preservasi sehingga selalu terjaga kondisinya secara prima. Pelaksanaan kegiatan konservasi ini melibatkan juga tenaga pelestari dari Dinas dengan harapkan terjadi transfer of knowledge, sehingga akan mampu memberikan muatan lokal dalam hal konservasi.

Namun juga tidak luput dari kegiatan konservasi pada 17 fosil tersebut, juga dilakukan konservasi pada koleksi yang lain, termasuk juga pengontrolan kelembaban pada vitrin dengan menggunakan silica gel. Semoga harapan ke depan dengan kegiatan kolaborasi konservasi ini akan semakin melestarikan Situs Patiayam dan menjadi pilot project untuk Situs Manusia Purba yang lain, sekaligus menjadi ladang pertumbuhan ilmu pengetahuan, serta menciptakan rasa kebanggaan generasi muda untuk turut melestarikan serta memajukan budaya bangsa. (dʘdyw)