Selama 1,5 juta tahun telah terjadi 3 tingkatan evolusi Homo erectus di Jawa, Sangiran telah memberikan bukti tentang 2 tahap evolusi yang paling tua yaitu Homo erectus arkaik (1,5-1 juta tahun yang lalu) dan Homo erectus tipik (0,9-0,3 juta tahun yang lalu). Satu tingkatan lagi yang lebih muda yaitu Homo erectus progresif (0,2-0,1 juta tahun yang lalu) ditemukan di luar Sangiran yaitu di Ngandong (Blora), Sambungmacan (Sragen), dan Selopuro (Ngawi).
Progresif
Jenis progresif merupakan jenis yang paling maju, sebagian besar ditemukan pada endapan alluvial di Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi) dan pada endapan vulkanik di Sambungmacan (Sragen). Volume otak sudah mencapat 1.100 cc, dengan atap tengkorak yang lebih tinggi dan lebih membulat.
Tipik
Tipe ini lebih maju dibanding tipe arkaik, merupakan bagian terbanyak dari Homo erectus di Indonesia, sebagian besar ditemukan di Sangiran dan lainnya ditemukan di Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus) dan sejak tahun 2011 ditemukan pula di Semedo (Tegal). Konstruksi tengkoraknya lebih ramping, meskipun dahi masih landai dan agak tonggos. Kapasitas otak sekitar 1.000 cc.
Arkaik
Homo erectus arkaik merupakan tipe yang paling tua, diteukan pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan dan grenzbank di Sangiran, serta pasir vukanik di utara Perning (Mojokerto). Tipe ini menunjukkan tipe yang paling arkaik dan kekar dengan volume otak sekitar 870 cc. (ISB)