Situs Sangiran kaya akan temuan fosil dan artefak serta lapisan tanah yang dapat menceritakan kehidupan sejak 2,4 juta tahun silam yang seakan tidak ada habisnya. Berbagai kehidupan sejak 2,4 juta tahun silam disajikan dalam Museum Manusia Purba Sangiran yang dapat dikunjungi masyarakat. Sajian koleksi yang dipamerkan merupakan sebuah pengetahuan yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam ruang pamer yang ada di museum dan terbagi dalam beberapa display.
Salah satu display yang ada di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan adalah display temuan baru. Koleksi terbaru ini merupakan temuan masyarakat yang melapor temuan fosil. Sebagian besar koleksi tersebut merupakan temuan dari Situs Sangiran dan juga ditemukan oleh warga masyarakat yang bermukim di Situs Sangiran.
Display disajikan guna menambah informasi pengunjung tentang temuan terbaru yang ada di Situs Sangiran. Selain itu, diperuntukkan guna memberi penghargaan pada penemu fosil yang melaporkan temuan fosilnya dan diharap menambah daya tarik bagi pengunjung yang haus tentang berbagai informasi tentang temuan fosil yang ada di Situs Sangiran.
Sejak Kamis, 9 Februari 2023, display temuan baru berganti koleksi, pengunjung dapat menyaksikannya mulai hari Jumat, 10 Februari 2023. Sejumlah 2 koleksi temuan baru yang dipamerkan pada display temuan baru, yaitu fosil tengkorak badak purba (Cranium Rhinoceros) dan yang kedua adalah fosil ranggah rusa purba (antler Axis lydekkerii). Kedua temuan fosil itu merupakan temuan masyarakat yang bermukim ditengah Situs Sangiran yang masih memiliki suasana pedesaan. Untuk lebih menonjolkan suasana pedesaan serta mendekatkan pengunjung dengan lokasi penemuan fosil yang berada ditengah desa, diberi tambahan tikar mendong di display temuan baru. Mendekatkan pengunjung dengan suasana pedesaan yang merupakan lokasi kedua temuan fosil ditemukan. Tikar mendong terbuat dari bahan mending, yang merupakan tanaman sejenis rumput semu atau alang-alang dengan panjang rata-rata 100 centimeter. Tanaman mendong dilihat secara sepintas hampir mirip seperti padang padi. Tanaman mendong banyak tumbuh di daerah rawa atau daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Batang dari tanaman mendong mempunyai kualitas yang baik untuk dijadikan sebagai anyaman tikar. Proses pembuatan tikar mendong yaitu mulai pemotongan tanaman mendong, penjemuran, pewarnaan, dan mulai menenun tikar mendong. Tikar mendong diharapkan mampu “membawa” pengunjung makin meresapi kisah temuan fosil yang dipamerkan, menjadi lebih memaknai bagaimana berbagai desa di Situs Sangiran mampu memberikan berbagai informasi tentang temuan fosil. Masyarakat memberi dukungan dan besarnya peranserta masyarakat. (Wiwit Hermanto)