Teuku Jacob

0
2131

Proyek Penelitian Paleoantropologi Nasional (1963) melakukun kegiatan penelitian gabungan di Sangiran yang diprakarsai oleh T. Jacob (UGM) dengan melibatkan Jawatan Purbakala dan Jawatan Geologi karena selepas Perang Pasifik, penelitian paleoantropologi di Indonesia seolah beku, sementara fosil hominin Sangiran terus bermunculan. Pada Agustus 1963, seorang petani lokal mengangkat fosil atap tengkorak dari singkapan atas Fomasi Kabuh Dusun Tanjung. Dan Temuan dari Dusun Tanjung itu diumumkan oleh T. Jacob setahun kemudian (1964). melalui artikelnya: A New Hominid Skullcap from Pleistocene Sangiran”. Fosil yang diyakininya milik individu laki-laki muda Homo erectus itu kini dikenal sebagai Sangiran 10 (S10).

Tahun 1967. ia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Rijksuniversiteit Utrecht dengan disertasi berjudul “Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesian Region”.

Selain itu. peran penting Teuku Jacob dalam penelitian hominin Sangiran adalah kelika ia menganalisis temuan fosil Sangiran 14 di Desa Bapang. Fosil dengan dasar tengkorak ini digunakannya sebagai pijakan argumentasi untuk menolak dugaan bahwa hominin Jawa (termasuk Sangiran dan Ngandong) memiliki kebiasaan memenggal kepala dalam rangka praktik kanibalisme. Menurut Jacob, ketiadaan dasar tengkorak pada temuan fosil-fosil hominin Jawa lebih mungkin disebabkan oleh perpindahan akibat terbawa aliran sungai atau pergerakan alam lainnya dari pada disebabkan praktik kambalisme.

Seluin itu, Teuku Jacob juga mempublikasikan temuan fosil Sangiran 20 (1973) dan Sangiran 23 (1976). Di luar yang disebut di atas, sejumlah besar penelitian seputar manusia purba. baik dari Indonesia maupun dari situs hominid lain telah dilakukannya. Bersama keteguhan dan kehati-hatiannya menyimpan fosil temuan yang kadang menyulitkan dan banyak dikeluhkan peneliti luar negeri, capaian-capaian itu membuatnya dikenal sebagai raja paleoantropologi.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung