Kegiatan studi ilmiah siswa kelas 10 fase E merupakan salah satu konsep penting dalam Kurikulum Merdeka yang dibagi dalam fase pembelajaran. Di mana setiap fase yang berbeda memiliki tujuan dan isi pembelajaran yang berbeda, fase E dan F merupakan fase untuk SMA dan yang sederajat. Fase E pada implementasi kurikulum merdeka adalah fase di mana pembelajaran yang ada diperuntukan untuk kelas 10 baik di tingkat SMA, SMK atau sederajat. Di fase ini peserta didik akan dituntut untuk bisa mengenali potensi serta bakatnya sebelum masuk ke tingkat kelas yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, SMAN 6 Yogyakarta mengadakan kegiatan studi ilmiah siswa kelas 10 fase E dengan tujuan Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 19 Februari 2025 dengan 272 siswa dan 25 guru pendamping.
Di museum siswa diberikan kesempatan untuk belajar sejarah dan budaya, yang pada akhirnya dapat memperluas pengetahuan siswa dalam bidang sejarah dan budaya. Melalui museum, rombongan memperoleh pengetahuan tentang kisah hidup manusia purba yang pernah hadir di Sangiran. Kehidupan manusia purba yang pernah hidup dan berjaya di Sangiran dapat sebagai sebuah pembelajaran bagi manusia saat ini.
Kisah hidup manusia purba berjenis Homo erectus yang berhasil menciptakan budaya berupa alat bantu dalam hidup mereka. Hidup ditengah fauna purba yang menjadi hewan buruan mereka yang diburu dengan menggunakan budaya yang berhasil mereka ciptakan. Kisah itu terekam dalam lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran yang hingga kini masih terus diteliti guna kemajuan pengetahuan. Melalui film, buku, dan koleksi yang dipamerkan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Rombongan memperoleh pengetahuan melalui film yang berjudul “Sangiran untuk Dunia” dan “Balung Buto”.
Pengetahuan yang diperoleh rombongan SMAN 6 Yogyakarta melalui museum serta koleksinya serta ditambah dengan diskusi dan pemutaran film tentang Sangiran. Hal ini sejalan dengan tujuan dari kunjungan SMAN 6 Yogyakarta yaitu melaksanakan studi ilmiah siswa yang merupakan kolaborasi beberapa mata pelajaran dengan berkunjung langsung ke lapangan. Selain itu, rombongan diberikan buku terbitan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang diterima oleh Andriyani Triwulandari. “Terima kasih atas bukunya, semoga bermanfaat bagi kami” pungkasnya.
Sejarah masa lalu yang ada di Situs Sangiran yang direpresentasikan melalui museum dapat menjadi materi studi ilmiah siswa. Menjelajah museum melalui koleksi yang dipamerkan ditambah dengan menyaksikan film tentang Sangiran akan menjadi pengalaman berharga dan mendidik para siswa. Melalui pengalaman di museum, diharapkan mampu memberi edukasi lebih bagi para siswa. (Wiwit Hermanto)