Sensasi Sentuh Aku di Pameran Bersama

0
84

Dari sekian banyak koleksi yang disajikan terdapat sebuah display Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, salah satunya adalah koleksi tentang gajah purba. Koleksi ini dapat memberi pengetahuan tentang kebesaran gajah purba di masa lalu disajikan di display “Sentuh Aku”. Display tersebut diaplikasikan pada pameran bersama di Monumen Pers Nasional bertajuk Keberagaman Koleksi Museum Nusantara. 

Di Situs Sangiran, terdapat 3 jenis gajah yang pernah hidup dan berjaya di jamannya. Ketiga jenis gajah itu yaitu Mastodon, Stegodon dan Elephas. Ciri fisik yang membedakan ketiganya adalah tipe gigi dan bentuk gadingnya. Mastodon adalah jenis gajah paling primitif di Sangiran. Gigi geraham Mastodon bertipe bunodont.

Stegodon memiliki gading berbentuk membulat dan agak melengkung. Gigi Stegodon bertipe brachyodont yaitu jenis gigi yang sesuai untuk melumat dedaunan yang lembut. Elephas merupakan jenis gajah yang paling modern. Bentuk gading Elephas relatif lurus dan digunakan untuk menumbangkan pepohonan yang akar dan cabangnya menjadi makanan. Gigi Elephas bertipe hypsodont yang digunakan untuk mengunyah makanan yang keras seperti rumput kering dan biji-bijian.

Kejayaan gajah purba tersebut disajikan melalui display “Sentuh Aku” yang mengajak pengunjungnya merasakan sensasi yang tidak akan di dapat di tempat lain. Pengunjung diijinkan menyentuh agar dapat merasakan dan membuktikan bagaimana fosil itu sesungguhnya. Fosil yang boleh di sentuh itu berupa fosil gigi geraham gajah purba. Dengan menyentuhnya, diharap dapat menambah pengalaman pengunjung akan seberapa keras fosil itu, teksturnya seperti apa dan juga mengajak pengunjung ke kehidupan gajah purba sekitar 700.000-300.000 tahun yang lalu.

Teguh Prakoso, Walikota Surakarta pada awalnya ragu untuk mencoba menyentuh fosil gigi geraham gajah purba yang menjadi koleksi yang dipamerkan. “Saya dulu pernah ke Sangiran tapi belum pernah menyentuh fosil”, ujarnya.

Dengan merasakan sensasi itu, akan mengobati rasa penasaran sehingga dapat menjadi “cerita” yang di bawa pulang. Sebuah cerita tentang sensasi yang dirasakan saat menyentuh fosil, bagaimana rasanya, fosil gajah purba itu membawa pengunjung kembali ke masa kejayaan mereka. Menunjukkan gajah sebagai hewan perkasa pada jamannya. (Wiwit Hermanto)