Seniman dan Pelaku Industri Kreatif Jadikan Pandemi Sebagai Peluang dan Tantangan

0
375

Pandemi Covid-19 dirasakan banyak memberikan dampak negatif bagi semua sektor kehidupan, tidak terkecuali bagi para pelaku seni dan industri kreatif. Namun, pandemi ini juga telah memicu kreativitas dan inovasi bahkan dapat dijadikan peluang dan tantangan untuk bertahan dalam situasi sulit.
Melalui Forum Komunikasi (Forkom) Pendidikan dan Kebudayaan, yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuaan (Balitbang dan Perbukuan), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), para pemangku kepentingan di bidang kesenian dan industri kreatif bersama para peneliti melakukan analisis pemetaan kondisi sosial ekonomi terhadap seniman dan pelaku industri kreatif di tengah pandemi Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt.) Totok Suprayitno menjelaskan berdasarkan temuan Balitbang terdapat tiga strategi yang dilakukan seniman dan pelaku industri kreatif untuk bertahan di tengah pandemi. “Membuka peluang kegiatan secara digital, meningkatkan kolaborasi untuk penggali potensi kreativitas lokal melalui kegiatan di lingkupnya, serta mengenali potensi dan peluang baru untuk mengubah strategi komunikasi,” ujar Totok saat membuka Forkom Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan semi dalam jaringan (daring), di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Pada forum diskusi ini, Puslitjak menghadirkan narasumber dan peserta dari para pemangku kepentingan terkait yang meliputi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balitbang dan Perbukuan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (Kemenparekraft/Baparekraf), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Koalisi Seni Indonesia serta para peneliti lainnya.

Sebagai narasumber pertama, peneliti muda dari Puslitjak, Kemendikbud, Genardi Atmadiredja menuturkan pandemi ini dapat dijadikan sebagai suatu titik tolak baru dan peluang bagi para insan kreatif yang cepat dalam beradaptasi. “Daya adaptasi ini sangat bergantung pada kondisi dan modal yang dimiliki sehingga tampak sebagian seniman dan pelaku kreatif dapat bertahan bahkan berkembang, tetapi ada juga yang menurun,” ujar Genardi.

Pandemi ini, lanjut Genardi, dapat juga memberikan ruang dan waktu bagi seniman, pelaku budaya, dan industri kreatif untuk melakukan introspeksi dan pembenahan praktik kreatif selama ini. “Keberadaan creative hub dan upaya menemukan kembali tren menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan adaptasi di masa pandemi,” katanya.

Untuk itu, Genardi berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat melakukan pembinaan kapasitas seniman dan pelaku kreatif untuk dapat memanfaatkan potensi ruang digital. “Selain itu, mengupayakan ruang kolaborasi serta fasilitasi HAKI dan perizinan usaha kreatif melalui adanya creative hub,” harap Genardi.

Senada dengan itu, narasumber kedua, peneliti dari LIPI, Alie Humaedi mengatakan terdapat tantangan baru dalam berkesenian, baik internal maupun eksternal. “Tentu saja tantangan itu harus ada jawabannya. Jawaban tantangan internal misalnya peningkatan literasi, pembangunan sistem early warning untuk seni dan industri kreatif dalam membangun relasi dalam kerangka kerja pentaheliks dan juga prinsip tingkat pemaknaan ulang dari proses dan produksinya,” kata Alie.

Sedangkan untuk jawaban tantangan eksternal adalah kebijakan afirmatif. “Penguatan standar prosedur perlu dibuka ruang dan jaringan kolaboratifnya aga melakukan strategi pemecahan masalah,” lanjut Alie.

Selanjutnya, narasumber ketiga, Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukkan, dan Penerbitan Kemenparekraf/Baparekraf, Mohamad Amin menyampaikan bahwa pekerja di bidang seni dan industri kreatif, seni pertunjukan dan seni rupa rata-rata tergolong pekerjaan informal yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini. Untuk meringkankan beban tersebut, Kemenparekraf telah melakukan beberapa program, di antaranya program kreatif dari rumah, serta bimbingan teknis masa pemulihan Covid-19.
“Berbagai program tersebut diimplementasikan dengan berbagai kegiatan misalnya ngamen dari rumah, pentas dari rumah, pameran dari rumah, nulis dari rumah,” ujar Amin.

Sementara itu, narasumber keempat, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, Judi Wahjudin mengajak para pelaku seni dan industri kreatif menjadikan pandemi sebagai peluang dan tantangan yang adaptif, kreatif serta kolaboratif. “Tahun ini, meskipun di tengah pandemi Covid-19, Kemendikbud akan menghadirkan 4.791 seniman dan pekerja seni secara virtual dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2020,” kata Judi Wahjudin.

Pekan Kebudayaan Nasional ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk refocusing, realokasi dan afirmatif. “Misalnya belajar dari rumah, berkreasi para pelaku budaya, serta fasilitasi bidang kebudayaan. Negara tetap akan hadir bagi seniman dan pelaku industri kreatif di masa pandemi Covid-19,” ucapnya.

Narasumber kelima, seorang pegiat seni Tari Legong dari Bali, I Gusti Agung Ayu Sawitri memberikan semangat khususnya kepada para pelaku kesenian, sehingga meskipun di tengah pandemi Covid-19, para pelaku kesenian tetap dapat bertahan. “Di tengah pandemi ini, kita jangan sampai kendor karena dengan berkesenian, kita membuat diri bahagia dan itu menjadikan kita sehat jasmani dan rohani. Pandemi ini saya maknai sebagai berkah karena dapat berkomunikasi dengan para pelaku seni lainnya dari berbagai belahan dunia,” tutupnya. (Denis S./Aline R.)   

Sumber : kemdikbud.go.id