BPSMP Sangiran sebagai pengelola Situs Sangiran terus berupaya melakukan publikasi dan penyebaran pengetahuan kepada masyarakat sebagai upaya pengenalan dan pelestarian situs warisan dunia. Selain melalui publikasi buku, sosialisasi, talkshow tayangan televisi, workshop maupun pameran, pada kesempatan ini bersama dengan UPT lain melakukan seminar mengenai warisan dunia. Seperti diketahui Sangiran telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO no C 593 pada tanggal 5 Desember 1996. Predikat sebagai warisan dunia harus tetap dipertahankan karena merupakan warisan yang sangat berharga untuk anak cucu kita. Kepala BPSMP Sangiran Sukronedi S.Si MA. berbarengan dengan pembukaan pameran ini memaparkan mengenai pentingnya Situs Sangiran sebagai warisan dunia.
Sangiran merupakan Situs manusia Purba yang terletak kurang lebih 18 kilometer arah Utara Kota Surakarta. Tidak seperti warisan dunia lainnya, Situs Sangiran berupa bentangan lahan yang di dalamnya mengandung kekayaan luar biasa yang memiliki nilai penting untuk diangkat sebagai warisan dunia. Masyarakat tidak akan mengetahui kandungan informasi jika tidak dibangun museum. Sangiran memiliki 5 museum yang tersebar di lokasi situs. Sebagai visitor centre adalah museum Krikilan di Kabupaten Sragen. BPSMP Sangiran telah membangun 4 (empat) sarana informasi publik lain yaitu berupa museum klaster dan museum situs terbuka. Pembangunan 3 (tiga) museum klaster tersebut antara lain di: Klaster Dayu (Kabupaten Karanganyar), Klaster Bukuran (Kabupaten Sragen), Klaster Ngebung (Kabupaten Sragen), dan 1 (satu) Museum Situs Lapangan Manyarejo (Kabupaten Sragen). Diharapkan dengan pembangunan Museum Klaster tersebut akan mampu memberikan informasi tentang sejarah dan nilai penting Situs Sangiran terkait evolusi manusia, lingkungan, budaya, dan faunanya.
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya warisan dunia ini bagi pengembangan ilmu pengetahuan menyebabkan kurangnya apresiasi masyarakat secara umum. Dengan semakin tersebarnya informasi mengetahui Situs Sangiran diharapkan empati masyarakat akan semakin mendukung upaya pelestarian situs.(Duwiningsih)
