Saat Para Santri Tergoda dengan Pengetahuan dan Teknologi

0
348

Pembelajaran Luar Sekolah (PLS) dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus sejumlah 86 orang santri beserta 10 guru pendamping berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan pada Kamis, 20 Februari 2020 ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus.
“Ilmu pengetahuan sangat penting dan perlu terus ditingkatkan, kita perlu melihat masa lalu untuk meraih masa depan. Di sini kita akan belajar dari masa lalu sekaligus membuktikan kebesaranNya yang ada di sini dan menjadi pembelajaran untuk kita”, jelas perwakilan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus.
Dalam kunjungan ini, rombongan diberi pendampingan edukasi oleh BPSMP Sangiran melalui Seksi Pemanfaatan berupa edukasi dengan penjelasan, diskusi, menyaksikan film, dan melalui buku. Terdapat 2 buah buku yang menarik bagi rombongan karena dilengkapi teknologi yang digandrungi siswa yang merupakan generasi milenial.
Buku berjudul “Katalog Homo erectus” dan “Mengenal Situs Manusia Purba Sangiran” menjadi buku favorit mereka. Kedua buah buku ini dilengkapi dengan teknologi augmented reality (AR) yang mengajak penggunanya merasakan pengalaman interaktif dunia nyata. Objek yang berada di dunia nyata ditingkatkan oleh informasi persepsi yang dihasilkan komputer, kadang-kadang melintasi berbagai modalitas sensorik. Teknologi augmented reality (AR) adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
Kedua buku ini didemonstrasikan dan mengundang minat rombongan untuk mencoba dan merasakan sensasinya. Beberapa siswa dan guru berhasrat untuk mencoba langsung dan berkomentar:
“Wow”
“Kok bisa seperti ini?”
“Ini AR ya?”
“Ini hasil ilmu pengetahuan”
“Bagaimana bisa seperti ini”
“Bagus bukunya”
“Bagaimana mengunduh aplikasinya?”
“Ini buku ajaib yang bagus”
Dengan antusias beberapa anak bergantian ikut mencoba buku yang telah ditanamkan teknologi ini. Dengan diselingi canda dan tawa, siswa dengan tertib mencoba secara bergiliran, terkadang siswa sudah tak sabar ingin mencoba aplikasi melalui telepon genggam ini. “Boleh dipinjam tapi telepon genggam gak boleh dibawa pulang”, seru sebuah canda yang diikuti senyum oleh para siswa yang ingin mencoba.
Dengan bantuan telepon genggam yang telah dilengkapi dengan aplikasi, pembelajaran sejarah yang dulunya menjadi momok siswa dapat diubah. Siswa diberi pembelajaran melalui teknologi yang memang mereka senangi.
“Kami mencoba memanfaatkan teknologi untuk mengedukasi, hal ini terutama ditujukan pada generasi milenial yang memang senang dengan teknologi”, jelas Iwan Setiawan Bimas, S.S. selaku Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran.
Teknologi yang diperkenalkan untuk mengenalkan generasi milenial pada kebudayaan tinggalan masa lalu. Membuat mereka betah berlama-lama belajar masa lalu yang pada akhirnya membuat mereka mencintai kebesaran budaya masa lalu. Akhirnya menanamkan pada mereka sikap cinta tanah air dan mempertebal rasa nasionalisme mereka. (Wiwit Hermanto)