Kelompok Tari Purba merupakan salah satu kelompok budaya yang masih terus hidup dan berkembang di Situs Sangiran. Kelompok ini merupakan bagian dari masyarakat Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar. Desa Dayu merupakan salah satu desa yang berada di Situs Sangiran dan merupakan desa yang memiliki berbagai kelompok seni dan budaya.
Kelompok Tari Purba berdiri pada tanggal 22 Agustus 2014 yang begerak pada bidang tari guna menghidupkan budaya yang berkembang disekitar mereka. Kisah yang dibawakan melalui tari oleh kelompok ini adalah cerita kehidupan manusia purba yang hidup di Sangiran, di awal mereka hidup mencari makan dengan berebut. Kemudian lama kelamaan mereka berpikir bahwa hal itu tidak membawa manfaat sehingga mereka bersatu untuk mencari makanan dan kemudian membagi makanan untuk dimakan bersama-sama.
Seiring waktu, kelompok ini menghadapi berbagai kendala dan masalah yang tidak menyurutkan langkah untuk terus maju dan berkembang. Salah satu masalah yang menghinggapi kelompok ini adalah sulitnya regenerasi, sulit meyakinkan orang lain untuk ikut bergabung dengan kelompok ini. Hal ini ditambah dengan pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini membuat langkah mereka terhenti.
Selain itu ada anggota kelompok ini yang meninggal dan keluar dari keanggotaan sehingga mengurangi jumlah anggota. Pandemi Covid-19 berakhir mengobarkan kembali semangat mereka untuk bangkit dan berkembang. Kesulitan regenerasi diatasi dengan mengajak anak sekolah dasar untuk ikut dalam kelompok ini.
Mulai tahun ini, Kelompok Tari Purba berusaha mengajak anak usia sekolah dasar untuk ikut menari. Hal ini membuahkan hasil dengan berhasil mengajak 15 orang anak untuk ikut kelompok ini, “Anak-anak berasal dari SD 2 Dayu, dekat museum”, jelas Warseno sebagai ketua Kelompok Tari Purba.
Senyum ceria anak-anak yang turut bergabung dalam kelompok ini melecut semangat para anggota untuk terus berbenah. “Anak-anak kami ajak ikut berlatih dan mereka sudah pernah pentas di museum juga”, lanjutnya.
Anak-anak dilatih untuk berperan dalam gerakan tari yang dilakoni kelompok ini, secara perlahan perkembangan dapat dilihat. Selain itu, dukungan orang tua dan guru menjadi motivasi tersendiri bagi anak-anak. “Guru di sekolah mendukung anak-anak berlatih tari purba, orang tua dapat mengijinkan anaknya bergabung”, pungkas Warseno.
Bergabungnya anak-anak usia sekolah dasar menambah anggota kelompok ini selain juga mengajarkan sejak dini pada anak tentang kisah Sangiran di masa lalu. Menjadi cambuk guna melangkah lebih maju dengan tambahan anggota sebagai bagian regenerasi serta menyebarkan informasi masa lalu tentang Sangiran. (Wiwit Hermanto)