Pembahasan mengenai manusia purba termasuk ke dalam era prasejarah, dimana manusia belum mengenal tulisan. Era ini dikenal pula sebagai praaksara. Pada masa praaksara inilah hidup manusia purba. Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba : Meganthropus (manusia kera raksasa) dan Pithecanthropus yang terdiri dari Pithecanthropus Mojokertensis dan Pithecanthropus Robustus (manusia kera yang besar dan kuat). Manusia purba lain yang ditemukan di Indonesia adalah Homo, yaitu Homo Soloensis (manusia dari Solo), Homo Wajakensis (manusia dari Wajak) dan Homo Florensiensis (manusia dari Flores). Fosil manusia purba di Indonesia paling banyak ditemukan di Pulau Jawa. Penelitian manusia purba pertama kali dilakukan di Sumatera Barat, namun tidak membuahkan hasil. Baca juga: Terkuak, Manusia Purba Bikin Lukisan di Gua Sambil Berhalusinasi Penelitian dilanjutkan di Pulau Jawa dimulai pada tahun 1889 oleh Eugen Dubois. Ia menemukan tengkorak manusia di Wajak, Tulungagung, Kediri, Kedungbrubus, dan Trinil. Penelitian terus berlanjut hingga tahun 1961. Terima kasih telah membaca Kompas.com. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Pada tahun 1961, Sartono memulai membuat korelasi stratigrafis lokasi ditemukannya fosil dan melakukan penelitian interdisipliner untuk mengungkapkan aspek kehidupan manusia purba tersebut. Cara hidup Pithecanthropus Pithecanthropus merupakan jenis manusia paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penelitian lanjutan mengungkapkan bahwa Pithecantropus hidup berkelompok, mengumpulkan makanan dengan berburu. Makan utama Pithecanthropus adalah daging hasil buruan dan tumbuhan yang tumbuh di lembah, seperti umbi-umbian. Pithecantropus hidup di lembah atau kaki pegunungan dekat dengan perairan darat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sisa-sisa fosilnya banyak ditemukan di Perning, Trinil, Sangiran, dan Sambungmacan. Pithecantropus Erectus ditemukan di Trinil oleh Eugene Dubois. Sedangkan Pithecantropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto oleh Von Koenigswald. Ciri fisik Pithecanthropus Fitur fisik Pithecantropus yang khas adalah tengkoraknya dengan hidung yang lebar, serta tulang pipi yang kuat dan menonjol. Pithecanthropus tidak memiliki dagu. Perawakannya tegak dan memiliki perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat, serta tulang belakang menonjol dan tajam. Punggung dan tengkuk yang kokoh diperlukan oleh manusia purba untuk membawa hasil buruan dan bebatuannya sendiri tanpa bantuan alat. Selain itu, tinggi badan Pithecanthropus diperkirakan sekitar 165-180 cm dan memiliki rahang dan gigi yang sangat kuat. Gigi ini diperlukan untuk mengunyah daging hasil buruan yang liat. Baca juga: Meski Bisa Jalan, 3,67 Juta Tahun Lalu Manusia Purba Pilih Berayun di Pohon Pithecantropus hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini diketahui dari bukti-bukti petunjuk hasil budaya pertama yang ditemukan di Indonesia berupa alat-alat batu dan kapak-kapak, seperti kapak perimbas, serta peralatan dari tulang dan tanduk. Peralatan dari batu ini berfungsi untuk menguliti binatang hasil buruan, memotong kayu, memecahkan tulang binatang buruan, menggali umbi-umbian, dan keperluan lainnya untuk bertahan hidup.
Sumber: Kompas.com