Pertanyaan Peserta Forum Tematik Bakohumas Pada Kunjungan di Sangiran

0
2665

Peserta Forum Tematik Bakohumas yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan ini berlangsung pada Kamis, 20 Juni 2019 yang merupakan bagian dari kegiatan Forum Tematik Bakohumas di Surakarta.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Surakarta tanggal 19-21 Juni 2018 dengan mengambil tema “Mewujudkan Pemajuan Kebudayaan yang Unggul dan Berkarakter Melalui Pelestarian Cagar Budaya dan Museum”. Kunjungan para peserta ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan merupakan bagian dari menanamkan pengetahuan tentang cagar budaya dan museum sesuai dengan tema yang diusung.
Pada kunjungan ini, peserta diberi penjelasan melalui presentasi, diskusi, dan tanya jawab, menyaksikan film tentang Sangiran, serta berkeliling menyaksikan kebesaran Sangiran melalui Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Dalam penjelasan yang disampaikan, peserta diberikan penjelasan tentang pengetahuan nilai penting yang dimiliki Situs Sangiran yang bukti kebesarannya disajikan di museum.


“Tanpa adanya museum, pengunjung tidak dapat pengetahuan apa-apa karena lokasi yang menjadi sumber pengetahuan adanya di lapangan yang panas, berdebu, dan lembab sehingga tidak menarik. Untuk itu kemudian dididirikan museum yang memberikan gambaran tentang kebesaran Situs Sangiran” jelas Drs. M. Hidayat selaku Kepala BPSMP Sangiran di awal presentasinya.
Dengan keberadaan museum, pengunjung mendapat berbagai pengetahuan tentang Sangiran serta menyaksikan langsung berbagai koleksi yang dipamerkan. “Koleksi yang kami miliki saat ini mencapai 40 ribu,masih banyak yang belum teridentifikasi dan koleksi yang ada di museum hanya sebagian kecil dari temuan kami”, jelas Hidayat.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Hidayat ditambah pemutaran film tentang Sangiran, peserta diajak berdiskusi dan tanya jawab. Terjadi komunikasi dua arah yang membuat para peserta memberi berbagai pertanyaannya. Pertanyaan yang diungkap peserta seperti:
Bagaimana masyarakat kalau menemukan fosil?
Berapa fosil yang dikelola?
Koleksi sangiran ada di luar negeri, bagaimana langkah menyelamatkannya?
Ada reaksi pro kontra di medsos saat Sangiran pameran, bagaimana menjelaskan pada masyarakat?
Bagaimana menentukan usia fosil?
Pendapat agama dengan sains berbeda, bagaimana kita menanggapi?
Bagaimana meyakinkan masyarakat cagar budaya harus diserahkan?
Apakah ada imbalan bagimasyarakat yang menyerahkan cagar budaya?
Itu merupakan sebagian pertanyaan yang disampaikan peserta pada Hidayat guna mengungkapkan pertanyaan yang selama ini sudah lama beredar di masyarakat. Dari pertanyaan tersebut menjadi pertanda bahwa masih banyak yang perlu disampaikan, masih banyak informasi yang belum tersampaikan pada masyarakat. Ini merupakan suatu tugas berat dari BPSMP Sangiran yang perlu dijawab dengan berbagai program demi pemajuan kebudayaan. (Wiwit Hermanto)