Di sebuah sudut Gunung Sewu bagian barat, sebuah gua mencuat 15 meter di atas kaki sebuah bukit kapur yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rongkop, Gunung Kidul. Braholo, nama gua itu, berdiri anggun menghadap tenggara, dengan pintu masuk selebar 40 meter, dilindungi oleh tumpukan bongkah-bongkah batu gamping kristalin yang mungkin dihasilkan selama masa seismik sekitar 8.000 tahun silam. Dengan ruang utama seluas 600 meter persegi dengan plafon sangat tinggi serta permukaan yang relatif datar, menjadikan gua ini sangat menarik dihuni manusia di masa prasejarah. Hasil penggalian yang dilakukan oleh Truman Simanjuntak di sudut barat laut ruang gua menunjukkan sebuah seri perlapisan tanah sedalam 3 hingga 7 meter, mencakup proses pengendapan selama 30.000 tahun. Sedikitnya tujuh rangka manusia, dikubur secara primer maupun sekunder, telah ditemukan dalam masa penggalian yang panjang, sebagian besar berada pada lapisan tebal abu volkanik dan perapian, yang diendapkan antara 10.000 hingga 6.000 tahun yang lalu. Itulah lapisan pre-neolitik di Gua Braholo, yang merupakan lapisan budaya utama di gua ini, karena dari padanya ditemukan sisa-sisa manusia yang berasosiasi dengan temuan arkeologis yang sangat padat berupa alat-alat serpih, alat-alat tulang, dan juga konsentrasi tulang-tulang binatang kecil, terbanyak adalah kera ekor panjang. Ciri-ciri Australomelanesid tidak lagi dapat ditolak bagi himpunan sisa manusia tersebut, yang ditampilkan melalui ciri-ciri tengkorak dan infra-kranialnya. (Harry Widianto)
Selengkapnya silahkan klik disini