Pengetahuan Melalui Museum Bagi SMP Amal Mulya Tawangmangu

0
65
oplus_0

Melakukan edukasi pada masyarakat terutama bagi generasi penerus sangat penting guna menyebarkan informasi dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman di lapangan. Hal ini dirasakan langsung oleh SMP Amal Mulya Tawangmangu pada hari Selasa,24 September 2024 yang berjumlah 280 orang siswa dengan 20 orang guru pendamping.
Rombongan diputarkan film tentang kisah Sangiran di masa lalu hingga bagaimana pemanfaatannya untuk pengetahuan dan wisata pada saat ini. Pemutaran film ini terkait juga dengan pendidikan penguatan karakter khususnya bagi siswa agar mereka mengenal kebesaran bangsa ini di masa lalu. Selain itu, rombongan juga memperoleh oleh-oleh berupa beberapa buku terbitan BPSMP Sangiran.

Dalam keterangan tertulisnya, Dra. Siti Khodijah selaku Kepala Sekolah menjelaskan bahwa kunjungan ini diharapkan mampu untuk memberi wawasan dan pemahaman bagi peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, rombongan SMP Amal Mulya Tawangmangu berharap pengetahuan bukan saja melalui koleksi diruang pamer saja tetapi dapat melalui, “Edukasi dan pemutaran film dengan tujuan memberi tambahan wawasan dan pengetahuan bagi siswa didik kami”, pungkasnya.

Perjalanan selama 1,5 jam terbayar setelah mendapatkan layanan edukasi yang sesuai dengan usia rombongan. “Terima kasih atas perhatian, sambutan, dan bukunya, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, kunjungan kami kemari untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman siswa kami”, seru salah seorang guru pendamping.
Melalui buku, dapat memberikan pengetahuan tentang perjalanan mereka ke Sangiran. Edukasi yang memberikan pengetahuan dan wawasan bagi anak usia SMP Amal Mulya Tawangmangu. Diharap melalui buku, siswa dapat belajar dan memperdalam ilmu pengetahuan.
“Ini akan menjadi pengalaman indah bagi kami”, seru salah seorang rombongan.
Edukasi yang menjadi pengetahuan dan wawasan tentang Sangiran yang mudah dipahami. Mengajak siswa mengenal kisah masa lalu Sangiran melalui berbagai buktinya serta ditambah dengan film dan buku yang menjadi sumber pengetahuan.
Pengalaman bagi rombongan yang dibawa pulang dan diceritakan pada orang sekitarnya sebagai sebuah terobosan bagi penyebaran informasi. Sebuah kewajiban yang harus diemban dan dituntaskan. (Wiwit Hermanto)