Program kerja kelas Bintang SMP N 1 Geger, Madiun tahun ajaran 2024/2025 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang “Pola Perkembangan Budaya dan Perkembangan Jawa”, salah satu tujuan kunjungannya adalah Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan ini diadakan pada hari Kamis, 19 Desember 2024. Rombongan berjumlah 96 siswa dengan 14 guru pendamping.
Setelah mendapat materi Situs dan Museum Sangiran serta koleksinya, rombongan menyaksikan pemutaran film tentang Sangiran. Rombongan SMPN 1 Geger, Madiun diberikan sejumlah buku yang diterbitkan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. Buku yang diberikan diharapkan dapat menambah koleksi perpustakaan sekolah serta dapat menjadi informasi berharga bagi rombongan SMPN 1 Geger, Madiun untuk dibawa ke sekolah.
Film yang diputar berjudul “Golek Balung Buto” yang bercerita tentang mitos yang hidup ditengah masyarakat sebelum kedatangan para peneliti di Sangiran. Sebuah mitos yang mempercayai bahwa dahulu pernah tejadi perang antara kebaikan yang diwakili oleh Raden Bandung melawan angkara murka yang terwakili dari Raja Raksasa, Tegopati. Perang yang akhirnya dimenangi Raden Bandung, kemenangan bagi kebenaran yang merupakan hasil kerja keras. Terjadi proses kerja keras yang dilakukan Raden Bandung agar dapat menang dan mengalahkan Tegopati.
Perang ini mengakibatkan banyak para raksasa tewas dan tulang belulangnya yang besar kemudian disebut masyarakat Sangiran sebagai Balung Buto (Tulang Raksasa). Masyarakat meyakini bahwa tulang itu memiliki makna magis yang kemudian dimanfaatkan masyarakat. Masyarakat memanfaat fosil yang mereka anggap Balung Buto itu sebagai benda magis dan pengobatan. Sebagai benda magis, Balung Buto ini dimanfaatkan sebagai jimat dan penolak bala bagi orang-orang yang mempercayainya. Bagi pengobatan Balung Buto digunakan mengobati orang sakit bahkan hewan juga dapat memanfaatkan Balung Buto guna menyembuhkan penyakit. Bagi ibu yang kesulitan melahirkan, Balung Buto dapat dimanfaatkan guna melancarkan proses kelahiran.
Setelah film berakhir, penonton diajak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pembawa acara. “Terima kasih hadiahnya”, seru salah seorang siswa yang berhasil mendapat hadiah.
Melalui film yang mengisahkan kepahlawanan Raden Bandung dalam membela kebenaran, sebuah pembelajaran berharga bagi penonton. Pengetahuan tentang masa lalu yang pernah terjadi di Sangiran, direpresentasikan melalui museum dan film menjadi salah satu sarana berbagi informasi. (Wiwit Hermanto)