Penataan Koleksi Merupakan Muara Dari Penelitian dan Konservasi

0
449

Berawal pada tanggal 7 September 2015, diketemukannya tengkorak Kerbau purba (Bubalus paleokarabau) di Sungai Lusi. Kemudian pada tanggal 15 September 2015, tengkorak tersebut diserahkan Kepala Desa Banjarejo, Achmad Taufik kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Namun tengkorak kerbau tersebut dikembalikan kembali ke Desa Banjarejo. Dari sinilah nama desa Banjarejo mulai terekspos ke masyarakat. Pada tanggal 25 November 2015, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran melakukan kegiatan Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Desa Banjarejo sekaligus mendirikan Rumah Fosil Banjarejo. Rumah Fosil tersebut yang sejak awal tempat menampung fosil dari masyarakat merupakan kediaman dari Kepala Desa Banjarejo sendiri.

Hingga akhirnya pada tanggal 27 Februari 2016, bersama Tim Ahli Cagar Budaya dari Jawa Tengah, BPSMP Sangiran membahas mengenai Potensi Cagar Budaya di Desa Banjarejo. Hasil akhir dari pembahasan yang dilakukan di ruang T. Jacob, Kantor BPSMP Sangiran tersebut menghasilkan kesepakatan untuk memberi perhatian lebih pada temuan-temuan yang berada di Desa Banjarejo. Menindaklanjuti hasil kesepakatan bersama Tim Ahli Cagar Budaya dari Jawa Tengah, maka pada tanggal 15 Maret sampai 26 Maret 2016, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran mengadakan kegiatan penelitian, konservasi dan penataan koleksi fosil di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan.

Kegiatan yang dilakukan BPSMP Sangiran tersebut berpusat di Rumah Kepala Desa Banjarejo, sekaligus juga dijadikan “Rumah Fosil” untuk menghimpun fosil maupun artefak jaman Hindu-Budha. Keadaan Rumah fosil ini masih berserakan fosil-fosil dari berbagai jenis hewan, sehingga perlu diklasifikasi menurut jenis hewannya. Setelah proses klasifikasi dan pendataan selesai, maka dipilihlah fosil yang mampu mempresentasikan secara mudah untuk dipahami.

Oleh karena itu, kegiatan terakhir dalam kegiatan tersebut adalah penataan koleksi yang bertujuan menyebarluaskan informasi. Media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi yaitu vitrin dan poster. Vitrin digunakan untuk menataletakan koleksi fosil yang akan ditampilkan dan ditambah dengan atribut berupa teks sesuai dengan fosil yang dipamerkan. Sedangkan poster bermanfaat untuk menyampaikan informasi mengenai fosil yang ada di dalam vitrin.

Selain itu juga, karena Rumah Fosil digunakan juga untuk menjamu pengunjung yang datang untuk kegiatan keluarga ataupun masyarakat, maka dalam menampilkan display yang dipadupadankan dengan foto-foto dan poster dari Kepala Desa Banjarejo. Dengan demikian, Rumah Fosil tetap mempertahankan jati diri dari sang pemilik rumah itu sendiri dan membuat lebih semarak berada di dalam Rumah Fosil. (Puja Aprianto)