Sejarah mengajarkan sebuah bangsa untuk merefleksikan diri, berkaca pada masa lalu untuk menatap masa depan. Pada hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2020 ini mengambil tema Indonesia Maju Berlandaskan Pancasila, bangsa Indonesia sedang diuji dengan pandemi covid-19 yang melanda bangsa dan juga melanda dunia sejak akhir tahun 2019 yang lalu.
Ujian demi ujian sudah dilalui bangsa kita, salah satunya pada tanggal 1 Oktober 1965. Ujian tersebut merupakan ujian besar dan berat dimana saat negara ini menghadapi banyak permasalahan tapi kita dengan Pancasila sebagai falsafah Negara mampu melewati. Kita mengenal Pancasila sebagai akar yang menyambung masa lalu dan masa depan kita bersama.
Pada pidato Hari Kesaktian Pancasila oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, kita diingatkan untuk tetap tegar dalam menghadapi pandemi ini. Pandemi yang sudah banyak berdampak pada segi-segi kehidupan diberbagai bidang dan sudah selayaknya kita tetap mengambil hikmah serta tetap bersatu dengan Pancasila sebagai dasarnya.
“Di masa pandemi seperti sekarang mungkin terasa sulit membayangkan sisi positif dari bencana yang melanda. Karena pandemi ini, kita secara bersamaan mengalami krisis kesehatan, krisis ekonomi, dan krisis pembelajaran. Tetapi, di saat sulit seperti ini, sila-sila Pancasila justru terlihat jelas mendarah daging di masyarakat kita. Kalau kita melihat sekeliling kita dengan lebih peka, kita bisa melihat begitu banyak pahlawan Pancasila yang menyalakan lilin-lilin kemanusiaan di lingkungannya masing-masing”.
Nadiem mengingatkan kita semua untuk tetap menyalakan semangat di dada demi kemajuan bersama. Di masa krisis seperti ini, lilin-lilin Pancasila menerangi kegelapan di mana-mana. Ini merupakan masa krisis yang dapat dilalui dengan bergotong royong yang memang sudah mendarah daging pada kehidupan bangsa ini. Sebuah kearifan yang menjadi tinggalan masa lalu dari nenek moyang bangsa ini dan meresap dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Lilin Pancasila terlihat menyala di dalam kepemimpinan di masa krisis. Kita melihat pemimpin-pemimpin di sektor pemerintahan dan swasta yang berani mengambil resiko dan bergerak cepat untuk meringankan penderitaan masyarakat”.
Pandemi yang sudah melanda dunia ini menjadi sebuah tantangan negara kita dan menguji ketangguhan kita sebagai rakyat Indonesia. Dengan tantangan ini sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk kembali menengok sejarah masa lalu, mengingat sejarah kita dan betapa besar pengorbanan nenek moyang kita untuk bangsa ini.
Nadiem mengakhiri pidatonya untuk kembali mengingatkan kita, “Dan kalau kita melihat dengan saksama, kita bisa menyadari bahwa Kesaktian Pancasila terus mendarah daging di generasi kita. Pancasila sebagai pusaka negara Indonesia harus menyala di hati kita masing-masing. Dalam setiap perbuatan kecil dan besar yang bisa kita lakukan bagi sesama. (Wiwit Hermanto)