Tak ayal lagi, Desa Ngandong yang terletak di sebuah meander Bengawan Solo, sekitar 10 kilometer di utara Ngawi, adalah salah satu tempat historis penemuan sisa-sisa Homo erectus yang monumental. Namanya pun segera mendunia setelah digemakan oleh C. ter Haar dan W.F.F Oppenoorth, ketika saat itu, tahun 1931-1933, keduanya menggali endapan teras seluas 50 x 100 meter yang terletak 20 meter di atas permukaan sungai Bengawan Solo, dan menemukan 12 tengkorak dan 2 tulang kering Homo erectus progresif, manusia purba paling akhir di Pulau Jawa. Sebuah penemuan yang sungguh menakjubkan, karena sisa-sisa manusia purba dalam jumlah besar itu disingkap dari endapan alluvial yang berasosiasi dengan fosil-fosil fauna Ngandong, yang hidup pada akhir Kala Plestosen Tengah, sekitar 150 ribu tahun lalu. Pertigaan Loji-pun saat itu merupakan saksi bisu akan penemuan akbar itu, yang muncul secara perkasa dari endapan teras yang sangat tebal.
Selengkapnya silahkan klik disini