Program Outing Class diyakini sebagai metode yang dapat meningkatkan motivasi serta minat belajar siswa. Program ini berguna untuk menambah pengetahuan, menumbuhkan potensi siswa, menumbuhkan kepercayaan diri, melatih kemandirian, dan menumbuhkan empati. Siswa diajak berkunjung ke lapangan untuk menggali berbagai informasi dan pengetahuan yang tidak didapat saat dikelas. Kunjungan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Talakbroto, Boyolali untuk mendapat edukasi guna menambah pengetahuan dan wawasan baru.
Guna menciptakan edukasi sekaligus mengajak siswa berwisata, MIM Talakbroto, Boyolali berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan ini diikuti oleh 60 anak dengan 10 orang guru pendamping pada hari Kamis, 13 Februari 2025
Siswa yang berkunjung memiliki keingintahuan besar untuk mengetahui kehidupan masa lalu yang dipamerkan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Guna mencapai tujuan tersebut, MIM Talakbroto, Boyolali diberi materi melalui penjelasan yang sesuai dengan usia mereka, pemutaran film berjudul “Balung Buto”, serta koleksi yang ada di 3 ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Siswa dijelaskan tentang hewan-hewan purba yang pernah hidup di Sangiranbahkan dapat mereka lihat di kebun binatang dan ada juga binatang yang biasa mereka lihat disekiling. Saat ditanya, mereka menjawab:
“Gajah”
“Kuda Nil”
“Buaya”
“Kerbau”
“Rusa”
“Badak”
Jawaban tersebut mengawali diskusi dengan bahasa yang mudah dipahami para siswa. Jawaban mereka mencerminkan bahwa perjalanan mereka keliling museum sudah banyak merekam koleksi yang dipamerkan. Kemudian dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, dijelaskan tentang kehidupan purba yang pernah terjadi di Sangiran. Perubahan lingkungan laut menjadi rawa, yang kemudian berubah menjadi kehidupan darat dengan bukti-bukti makhluk hidup yang hidup pada masa tersebut.
Setelah diskusi, siswa diajak menyaksikan film berjudul, “Balung Buto” yang merupakan film animasi yang sesuai dengan usia mereka. Film Balung Buto berceritakan kisah rakyat yang mempercayai bahwa dahulu pernah tejadi perang antara kebaikan yang diwakili oleh Raden Bandung melawan angkara murka yang terwakili dari Raja Raksasa, Tegopati. Perang yang akhirnya dimenangi Raden Bandung, kemenangan bagi kebenaran yang merupakan hasil kerja keras. Terjadi proses kerja keras yang dilakukan Raden Bandung agar dapat menang dan mengalahkan Tegopati. Kisah “Balung Buto” yang disaksikan menjadi sebuah pembelajaran tentang kepahlawanan Raden Bandung. Usaha keras dengan mengasah (menyangir) kuku yang digunakan sebagai senjata melawan raksasa pimpinan Tegopati. Sebuah mitos Balung Buto yang mereka saksikan menjawab pertanyaan tersebut, diawali dengan kata “Sangir” yang berarti mengasah kuku Raden Bandung yang merupakan pahlawan dalam mitos itu. (Wiwit Hermanto)