MGtC 2019, Upaya Mensinergikan Kebudayaan dengan Akademisi

0
534

Pada tahun ini, Museums Go to Campus (MGtC) hadir di Gedung Serba Guna Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. MGtC kali ini mengangkat tema “Merawat Kebhinnekaan, Memajukan Kebudayaan” yang dihelat sejak tanggal 26 hingga 30 Agustus 2019 dengan menampilkan berbagai koleksi yang dimiliki para peserta dari berbagai daerah.
MGtC 2019 menampilkan kegiatan pameran bersama dengan berbagai workshop yang diadakan guna menyebarluaskan berbagai informasi kebudayaan. Selain pameran bersama, MGtC 2019 dimeriahkan berbagai kegiatan antara lain Seminar Tokoh Presiden, diskusi mengenai STOVIA, Bioskop Keliling, Mural, Kampanye Cagar Budaya, hingga workshop mengenai fotografi, membatik, dan membuat gerabah. Target dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan kebudayaan khususnya museum pada generasi muda.
MGtC dibuka hari Senin, 26 Agustus 2019 oleh Dr. Nurhayati, M.Hum. selaku Dekan FIB Undip mewakili Rektor. Dalam sambutannya Nurhayati mengucapkan selamat datang di FIB Undip dan menyambut baik MGtC yang kali ini dihelat di FIB Undip. “Acara ini sesuai dengan misi kami di FIB yaitu mendidik manusia berkarakter dan kuat di era milenial dan MGtC salah satu alat sebagai upaya mendidik anak-anak kita dalam membangun kesadaran Indonesia dibangun dengan kebhinnekaan seperti tema MGtC”, jelas Nurhayati.
Selain itu, Nurhayati menjabarkan bahwa revolusi industri berkembang dalam hal teknologi sehingga pihak akademisi diminta bersinergi dengan pihak. “MGTC adalah jawaban dari tantangan bersama, anggapan museum masih seperti dulu yaitu museum bangunan kaku dan tidak menarik, dengan MGtC menjadi terobosan untuk milenial, kita sudah memanfaatkan teknologi maju sehingga kita bisa mengubah paradigma lama”, jelasnya.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM), Drs. Fitra Arda dalam sambutannya mengungkap bahwa “Tema MGtC ini diusung sebagai presentasi kehadiran museum, kebudayaan memperkuat jati diri dan kebhinnekaan agar berkontribusi dalam pembangunan nasional”.
Lebih lanjut, Fitra mengajak untuk menengok jauh ke belakang, dimana pada masa pergerakan kemerdekaan, para pemuda yang berpikir untuk menjunjung persatuan dalam membentuk bangsa baru. Sebuah pembelajaran dari masa lalu bahwa apabila semua pihak tidak menghargai jati diri bangsa maka bangsa itu tak layak maju. Jati diri bangsa merupakan akar kebudayaan daerah yang perlu dikembangkan. Kebudayaan Indonesia yang beragam merupakan sebuah modal berharga dengan kebhinekaan dalam satu wujud sebuah bangsa Indonesia.


“Tantangan kebhinnekaan dan kebudayaan jawabannya salah satu dengan kehadiran museum. Museum menginformasikan berbagai hal tentang kebudayaan dan pusat peradaban sebagai benteng Bhinneka Tunggal Ika”.
Setelah memberi sambutan, Fitra memukul gong yang menandakan dibukanya secara resmi MGtC di Gedung Serba Guna FIB Undip Semarang. (Wiwit Hermanto)