Situs Sangiran dan tinggalannya sudah dikenal oleh dunia bahkan diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh Unesco pada tahun 1996. Pengakuan dunia ini menjadi cambuk untuk terus mengembangkan situs ini, salah satunya dalam bentuk budaya. Masyarakat yang menghuni situs ini memiliki budaya yang terus dijaga dan dilestarikan, hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengenalkan Situs Sangiran melalui budaya.
Salah satu kelompok budaya yang masih terus hidup dan berkembang di Situs Sangiran adalah Kelompok Tari Purba yang berada di Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar. Desa Dayu merupakan salah satu desa yang berada di Situs Sangiran dan merupakan desa yang memiliki berbagai kelompok seni dan budaya. Kelompok Tari Purba berinisiatif membentuk kelompok pada tanggal 22 Agustus 2014. Kisah yang dibawakan melalui tari oleh kelompok ini adalah cerita kehidupan manusia purba yang hidup di Sangiran, di awal mereka hidup mencari makan dengan berebut. Kemudian lama kelamaan mereka berpikir bahwa hal itu tidak membawa manfaat sehingga mereka bersatu untuk mencari makanan dan kemudian membagi makanan untuk dimakan bersama-sama.
Dalam perkembangannya, kelompok ini diawali dengan anggota sejumlah 21 orang dewasa dengan beragam profesi. Berbagai kendala dilalui kelompok ini dengan mengandalkan solidaritas guna menjaga kesepakatan bersama. Kendala yang dihadapi seperti sulit mencari regenerasi, sulit menentukan waktu agar bisa bertemu bersama untuk latihan dan pentas, belum banyak mendapat perhatian berbagai pihak, dan memerlukan pelatih untuk membuat gerakan/ kreasi baru.
Mulai tahun ini, Kelompok Tari Purba berusaha mengajak anak usia sekolah dasar untuk ikut menari. Hal ini membuahkan hasil dengan berhasil mengajak 15 orang anak untuk ikut kelompok ini, “Anak-anak berasal dari SD 2 Dayu, dekat museum”, jelas Warseno sebagai ketua Kelompok Tari Purba.
“Anak-anak kami ajak ikut berlatih dan mereka sudah pernah pentas di museum juga”, lanjutnya.
Melalui tari Kelompok Tari Purba bukan saja memberi warna Situs Sangiran tetapi juga dapat mensosialisasikan Situs Sangiran pada masyarakat melalui seni dan budaya. “Agustus ini kami akan pentas di 3 tempat, upacara penurunan bendera, karnaval di Gondangrejo, dan karnaval di Karanganyar”, jelas Triyanto yang merupakan salah satu anggota Kelompok Tari Purba. Hal ini menjadi salah satu modal mereka untuk berkarya guna mendapat pengakuan orang lain, sebagai eksistensi, mensosialisasikan Sangiran dari bidang seni, sekaligus mengenalkan anak pada tradisi dan kisah masa lalu sejak dini. (Wiwit Hermanto)