Tim Kajian Alat Tulang mengumpulkan data dan informasi di Yogyakarta dengan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan narasumber ahli pada kajian alat tulang yang merupakan artefak berharga yang dapat menceritakan kisah masa lalu Homo erectus.
Wawancara dilakukan untuk menyusuri alat tulang sebagai artefak yang bernilai tinggi dan kebutuhan informasi yang diperlukan untuk informasi bagi pengunjung museum. Terdapat 2 narasumber yang diwawancara pada kegiatan di Yogyakarta ini. Kedua narasumber ini dapat memberikan berbagai penjelasan dan informasi valid terkait alat tulang sebagai artefak hasil budaya Homo erectus dan juga sebagai koleksi yang dipamerkan di museum.
Kedua narasumber tersebut adalah Andrew Hendersen yang memiliki keahlian dalam Metode Signifikansi 2.0. Andrew juga ahli permuseuman dan cagar budaya dari Deakin University dan pernah bekerjasama dengan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) saat mengkaji koleksi fosil Panthera tigris. Andrew mengungkapkan bahwa alat tulang merupakan koleksi yang bernilai. “Alat tulang sangat bernilai untuk disajikan di museum. Agar dapat terlihat nilainya, perlu dikaji untuk mendapat berbagai data untuk menjadi informasi saat menyajikan alat tulang di museum”, ungkapnya.
Masyarakat juga dapat memberi nilai “lebih” pada koleksi, “Berbagai data tidak hanya didapat dari peneliti, ahli, tapi juga masyarakat sekitar, bagaimana persepsi mereka tentang alat tulang. Jadi sebuah koleksi/objek bisa bercerita lebih banyak”, sambungnya.
Selain itu, tim juga melakukan wawancara dengan DR. Mahirta, M.A. selaku salah satu dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada. Tim menggali data tentang alat tulang yang dapat menjadi koleksi yang dipamerkan di museum. Alat tulang merupakan bagian dari artefak kehidupan masa lalu Homo erectus, dan penelusurannya dilakukan melalui analisis teknologi yang pembuatannya.
“Teknologi semakin muda semakin canggih, ada artefak tulang yang memakai pegangan, itu canggih sekali”, jelas Mahirta.
Bahan alat tulang berasal dari beberapa bagian anatomi berbagai jenis binatang, sesuai dengan binatang yang ada pada saat itu. Homo erectus menciptakan alat tulang dengan memanfaatkan sumber daya binatang yang berada di sekitarnya, dengan menambah teknologi sedikit demi sedikit.
Kedua narasumber memberikan berbagai wawasan tentang alat tulang bagi tim, bahwa alat tulang memiliki nilai tinggi dan harus diberi informasi bagi pengunjung. Informasi ilmiah yang berhasil dikumpulkan dari berbagai penelitian harus disampaikan secara popular sehingga mudah dipahami pengunjung.