Tanggal 5-8 Juni 2015 telah diadakan Work Camp yang diselenggarakan atas kerjasama dari UNESCO, Kemendikbud, Panasonic,dan IICW di Balai Konservasi Borobudur. Forum ini diikuti oleh 50 peserta se-Indonesia dari hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia. Mereka berasal dari Bangka Belitung, Yogjakarta, Sangiran, Bandung, Jakarta, bahkan ada yang dari Kalimantan dan berbagai tempat lainnya.
50 Peserta BYF 2015, termasuk 2 orang staff dari BPSMP Sangiran berkumpul di Galeri Komunitas selama 4 hari. Peserta kemudian dibagi menjadi 5 kelompok diskusi yaitu kelompok Heritage, Culture, Media, Culinary, dan Handycraft. Selama 4 hari para peserta berdiskusi dengan komunitas lain, melakukan konservasi pembersihan candi Borobudur, berkunjung ke desa-desa yang dibina oleh UNESCO, membuat batik dan kerajinan keramik hasil binaan UNESCO, melihat tari tradisional lokal, serta melihat keindahan alam Sunrise di Purwosari Hill yang merupakan salah satu desa binaan UNESCO.
Pada hari terakhir, ditampilkan Tari Kubro oleh penari muda Borobudur, berbagai macam penampilan kreatif dari para peserta Borobudur Youth Forum 2015 dalam bentuk tarian dan teatrikal serta Pembacaan Deklarasi. Isi deklarasi tersebut adalah:
- Sanggup secara aktif melestarikan budaya, baik bendawi maupun non-bendawi, serta mengimplementasikan nilai-nilainya, saat ini juga di lingkungan sekitar kami;
- Sanggup untuk menginspirasi peningkatan kesadaran atas pentingnya pelestarian budaya beserta nilai-nilainya, dengan dukungan seluruh elemen terkait;
- Sanggup untuk mendokumentasikan warisan budaya dan memperkenalkan nilai-nilainya secara berkelanjutan sebagai proses pewarisan kepada generasi mendatang;
- Sanggup untuk mengembangkan warisan budaya lokal dan dunia secara kreatif, inovatif dan berkelanjutan, dengan didukung oleh pemerintah;
- Mendorong penyelenggaraan forum-forum kepemudaan dan warisan budaya seara berkala dan berkelanjutan, serta sanggup berpartisipasi aktif didalamnya;
- Mendorong partisipasi aktif dari seluruh elemen pendidikan dalam upaya menumbuhkan kesadaran terhadap pelestarian warisan budaya;
- Mendorong upaya pemberdayaan anak muda secara komprehensif dalam program-program pendampingan potensi budaya lokal oleh institusi pemerintah dan organisasi sosial.
“Kami berharap melalui forum BYF ini para pemuda dapat menjadi inspirator yang menginspirasi komunitasnya, keluarga, teman- teman disekitarnya untuk melestarikan benda cagar budaya tidak hanya ditangan kami (UNESCO) ataupun pemerintah daerah tetapi ditangan para pemuda,” kata Bernard Alens Zako, pemimpin UNESCO Indonesia, Jakarta Sub-Offiice. (Rizki Wulandari & Diyah E.L)