Sesuatu yang disayang dan memiliki nilai tinggi tentu akan dijaga dan dipelihara agar dapat terjaga kondisinya. Benda koleksi yang berada di Museum Manusia Purba Sangiran merupakan barang berharga dan tak ternilai sehingga wajib untuk dijaga dan dipelihara. Guna menjaga dan memelihara, dilakukan berbagai upaya, salah satunya dengan memonitoring secara berkelanjutan.
Setiap hari senin, Museum Manusia Purba Sangiran tutup guna perawatan koleksi yang ada agar dapat terjaga kondisinya, dirawat berbagai sarana pelengkapnya, dan jika terjadi kerusakan akan diketahui serta dilakukan upaya perbaikan. Jadi hari senin merupakan hari yang sangat penting bagi perawatan koleksi serta sarana pendukung sehingga informasi dan pengetahuan bagi pengunjung dapat berlangsung dengan baik.
Perawatan koleksi pada akhirnya akan berpengaruh pada penyampaian informasi dan pengetahuan bagi pengunjung, seperti yang dialami sekelompok pengunjung. Sekelompok pengunjung ini terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anaknya yang sedang menikmati koleksi yang dipamerkan.
“Ini buaya?”
“Kepala buayanya besar sekali, bayangkan kalau ada tubuhnya, pasti jauh lebih besar”
“Itu apa didalam, warnanya ungu?”
“Bagaimana bisa jadi seperti ini?”
Demikian percakapan mereka, saling bertanya tentang koleksi yang mereka saksikan, sambil membaca keterangan dan informasi yang ada. Sebuah pembicaraan yang terjadi di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan pada sebuah pagi yang cerah. Pertanyaan yang terlontar dari kelompok pengunjung ini terjadi karena penasaran yang mereka rasakan.
Koleksi yang mereka saksikan terlihat jelas, memiliki kondisi yang baik, tempat yang bersih dan prasarana yang mendukung “penampilan” koleksi sangat prima menjadikan pengunjung dapat menyaksikan koleksi yang dipamerkan. Ini merupakan bagian dari upaya melakukan perawatan pada koleksi dan prasarananya.
Koleksi yang merupakan bukti masa lalu kehidupan purba di Situs Sangiran dapat bercerita pada pengunjung. Membawa pengunjung kembali ke 2 juta tahun yang lalu saat Situs Sangiran menjadi laut, serta dapat membayangkan rawa menjadi “rumah” bagi buaya di masa 700 ribu tahun yang lalu. Ditengah hewan purba itu, ada manusia purba berjenis Homo erectus menghuni situs ini dan berjaya dalam kehidupan mereka kala itu.
Informasi dan pengetahuan tersebut diceritakan Kembali melalui koleksi museum, koleksi yang dapat berkisah tentang kehidupan mereka kala itu di Situs Sangiran. Semua itu perlu dijaga dan dilestarikan agar dapat diwariskan pada generasi mendatang. Proses monitoring guna menjaga kelestarian koleksi Museum Manusia Purba Sangiran sangat penting dan di hari senin dilakukan yang bertujuan melestarikan titipan generasi mendatang. (Wiwit Hermanto)